Lihat ke Halaman Asli

Reidnash Heesa

Mohon Tunggu....

Imlek 2565 dan Refleksi Budaya Tionghoa Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13909973231503286585

Kamu orang Cina, ya? Secara fisik, dari jenis rambut, bentuk mata, postur tubuh bahkan sampai ke warna kulit emang mudah membedakan Cina dengan suku-suku lain di bumi Nusantara. Dari profesi-pun, dapat ditebak. Terkenal bergerak di bidang perdagangan, etnis Tionghoa sudah menunjuk-kan konsistensi pengabdiannya untuk kemajuan perekonomian, bahkan sebelum berdirinya Republik ini.

Di tahun 2014, pada penanggalan kalender Tionghoa sudah memasuki tahun 2565, tepatnya di hari terakhir bulan Januari kalender Masehi. Imlek, yang juga dikenal dengan festival musim semi, sudah dirayakan dua ribuan tahun yang lalu. Tradisi budaya ini menjadi warisan unik di berbagai belahan dunia karena etnis ini sudah menyebar melintasi batas-batas negeri.

Tionghoa Indonesia memiliki pergumulan tersendiri seiring dengan perjalanan semangat kebangsaan. Sejarah masa lalu yang kelam, mencoba melawan lupa adalah hal yang lumrah. Trauma psikis, rasa dendam akibat perlakuan buruk dan semena-mena oleh pihak Penguasa menjadi cerita tersendiri dari mulut orang-orang tua ke anak cucu, cerita pilu dari generasi ke generasi, hingga saat ini.

Isu pembauran menjadi bagian refleksi budaya etnis Tionghoa Indonesia.Melihat kembali populasi etnis Tionghoa di berbagai pelosok negeri, kota Medan ibukota Sumatera Utara dapat memberikan referensi menarik karena unsur kemajemukan mudah ditemukan di sana

Iri hati, kecemburuan sosial, kecemburuan antar kelompok suku etnis hanya membawa kehancuran jati diri bangsa. Terlepas adanya kontroversial apakah pembauran merupakan solusi terbaik menuju semangat kebangsaan, etnis Tionghoa di kota Medan dengan berbagai keragaman mereka menyatu meskipun paguyuban sosial yang dibentuk berbeda bendera, berbeda visi dan misi setiap perkumpulan tersebut. Lihatlah, seolah-olah mereka juga terkotak-kotak ! Etnis Tionghoa sendiri memiliki ragam sub kultur, sub budaya warisan nenek moyang di negeri Tiongkok, tempat asal muasal etnis ini sebelum merantau ke Nusantara pada abad XV. Ragam bahasa suku, ragam budaya bukan menjadi penghalang untuk kesatuan suatu bangsa. Pembuktian yang nyata dari etnis Tionghoa !

Hina celaan apalagi bagi etnis ini di masa mendatang? Sudah cukup-kah pemberian label, sebuah cap nonpribumi bagi etnis ini? Inilah ‘kutukan’ sistem feodalisme yang masih mengakar kuat dan melekat erat pada jati diri bangsa kita. Kutukan yang belum sepenuhnya hilang bagi etnis Tionghoa dan suku-suku yang lain padahal negara-negara maju yang merupakan asal muasal sistem feodalis sudah berhasil memisahkan budaya feodal dalam kehidupan masyarakatnya.

Dunia terus berputar bersama dengan lajunya waktu. Kemajuan bnagsa ini menjadi harapan bersama. Hidup dengan penuh damai di tengah kemajemukan tanpa adanya sekat pemisah akibat perbedaan status kekuasaan dan status ekonomi. Jadi, apalagi yang sedang di-tunggu?

Selamat Hari Raya Imlek 2565,

Gong Xi Fa Cai !

恭 喜 !

1390997446856796837




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline