Lihat ke Halaman Asli

Cindy Reichmann

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Keterampilan Berbahasa untuk Menyiapkan Pekerja Profesional

Diperbarui: 24 April 2023   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemampuan utama yang harus dipersiapkan ketika seseorang terjun di dunia kerja saat ini adalah kemampuan berbahasa. Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai tenaga profesional supaya dapat bersaing di dunia kerja saat ini. Bahasa memiliki 4 jenis keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan tenaga profesional, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak atau mendengar merupakan suatu kegiatan seseorang dalam memahami informasi melalui bahasa lisan yang disampaikan orang lain. Misalkan, seseorang berbicara menyampaikan suatu hal kepada kita dan kita sebagai pendengar memahami serta menangkap pesan informasi yang disampaikan penutur. Berbicara merupakan kegiatan seseorang melakukan komunikasi kepada orang lain. Misalkan, seseorang penjual menawarkan produk kepada orang lain dengan bahasa yang menarik supaya orang lain mau membeli produk yang kita tawarkan. Membaca merupakan aktivitas seseorang dalam memahami pesan melalui media teks. Misalkan, kita membaca informasi  lowongan kerja atau kita membaca surat tugas dari perusahaan. Menulis merupakan aktivitas manusia dalam hal memproduksi atau menciptakan informasi melalui bahasa tulis. Misalkan, kita sebagai kepala personalia membuat deskripsi pekerjaan kepada seluruh karyawan supaya karyawan memahami tugasnya masing-masing di setiap divisi.

Keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu kemampuan dalam menyerap informasi dapat memanfaatkan penggunaan keterampilan menyimak dan keterampilan membaca. Sedangkan kemampuan dalam memproduksi atau menciptakan sesuatu dapat menggunakan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Pembahasan ini berfokus pada kemampuan memproduksi dimana kemampuan ini memerlukan kreativitas dan profesional diri seseorang, yaitu keterampilan berbicara. Seseorang yang memiliki keahlian dalam berbicara dapat dengan mudah melakukan segala aktivitas pekerjaan karena di dalam suatu pekerjaan tidak lepas dengan komunikasi. Hal itu dapat terjadi karena kemampuan berbicara atau berkomunikasi dapat membantu seorang pekerja profesional untuk berkomunikasi dengan baik di lingkungan kerjanya dan dapat mengintegrasikan interaksi antar sesama untuk membangun budaya kerja.

Seseorang dapat memiliki keahlian dalam berbicara harus dipersiapkan sejak dini baik melalui peran keluarga di rumah maupun di sekolah. Lingkungan yang baik sangat menentukan tumbuh kembang seorang anak. Sejak kecil sampai anak masuk sekolah secara tidak langsung sudah terdidik cara berkomunikasi. Komunikasinya bersifat umum sebatas bisa berbicara. Tetapi ketika duduk di bangku pendidikan, arah komunikasi sudah mulai ada penataan karena disesuaikan berbagai macam kepentingan dan dunia kerja. Mata pelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia dapat menjembatani seseorang untuk berlatih komunikasi pada salah satu kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia. Kompetensi dasar tersebut dapat memakai materi negosiasi. Menurut Agnesia (2014) teks negosiasi merupakan teks yang berbentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari kesepakatan diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda. Intinya, seseorang yang mampu berbicara dengan menambah kemampuan dalam bernegosiasi merupakan salah satu seorang pekerja profesional karena kemampuan negosiasi banyak dipakai di dunia kerja saat ini.

Seorang anak yang sudah duduk di bangku sekolah tingkat menengah atas dapat mendalami materi negosiasi dengan praktik langsung supaya memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan. Institusi pendidikan perlu memperhatikan dan mendukung program-program untuk mengembangkan kemampuan peserta didiknya berdasarkan usulan dari guru dan analisis kebutuhan siswa sebagai bagian dari warga sekolah supaya peserta didik mendapatkan fasilitas belajar untuk mempersiapkan diri sebagai tenaga profesional yang andal dan kompeten. Model belajar pun tidak harus selalu di dalam kelas. Belajar diluar kelas jauh lebih menyenangkan daripada di dalam kelas karena peserta didik mendapatkan langsung pengalaman belajarnya.

Penerapan Pembelajaran

Guru dalam menerapkan pembelajaran dengan materi negosiasi perlu merancang porsi antara teori dan praktik. Untuk menghadapi tantangan global saat ini perlu adanya praktikum supaya peserta didik terbiasa. Biasanya porsi teori jauh lebih kecil daripada praktik. Karena pada mata pelajaran bahasa Indonesia negosiasi berbasis teks, guru dapat memodifikasinya berbasis praktik langsung dengan masyarakat. Pada tahap awal, guru memulai merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran negosiasi. Setelah itu guru melakukan kerja sama dengan pihak luar untuk dijadikan bahan praktik langsung peserta didik dalam bernegosiasi. Selain itu, guru juga mempersiapkan alat dan bahan untuk praktik negosiasi. Supaya lebih bermakna, praktik negosiasi yang akan dilaksanakan peserta didik lebih baik direkam menggunakan video. Hal itu dilakukan untuk menganalisis bersama antara guru dan peserta didik cara melakukan negosiasi yang benar. Hal yang perlu ditekankan bahwa praktik negosiasi yang hendak dilaksanakan ini merupakan praktik langsung di lapangan dan bukan praktik negosiasi antar teman.

Sebelum melakukan praktik negosiasi di lapangan, perlu bagi guru dan peserta didik latihan simulasi peserta didik ketika praktik langsung dapat memperoleh gambaran. Simulasi dalam negosiasi tersebut Supaya dapat dilakukan antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa. Wujud dari negosiasi itu dapat berupa penawaran jasa dan penawaran barang dengan menerapkan prinsip win to win solution. Prinsip tersebut dipakai karena kedua belah pihak tidak akan dirugikan salah satunya dan kedua belah pihak dapat memperoleh keuntungan bersama dengan menerapkan win to win solution. Pada praktik di lapangan terkadang terjadi win to lose solution. Jika peserta didik mengalami demikian maka itu tidak jadi permasalahan karena pada pembelajaran ini yang ditekankan adalah keberanian peserta didik dalam berbicara khususnya bernegosiasi dengan orang lain.

Jika dirasa cukup dalam melakukan simulasi, sesi tanya jawab, dan pembentukan kelompok maka peserta didik dapat melakukan praktik negosiasi langsung diluar kelas dengan masyarakat sekitar. Pembentukan kelompok sangat penting supaya peserta didik dapat melakukan diskusi untuk dalam menentukan objek negosiasi, menentukan siapa yang menjadi kameramen karena proses negosiasi harus direkam, dan siapa yang menjadi editing video hasil negosiasi. Dari kegiatan inilah secara tidak langsung peserta didik mendapatkan 3 keahlian, yaitu ahli dalam berkomunikasi dengan konsentrasi melakukan negosiasi dengan masyarakat langsung dan bukan dengan temannya sendiri, ahli dalam memanajemen tim nya karena disusun berdasarkan kelompok, ahli dalam proses melakukan pengambilan gambar serta melakukan editing video.

Penerapan ke masyarakat yang dapat dilakukan peserta didik, yaitu ketika peserta didik membeli barang. Peserta didik secara kelompok pergi ke tempat kantin untuk melakukan negosiasi pembelian jajan atau camilan yang dijual di kantin. Kebetulan barang yang hendak dibeli porsinya banyak. Peserta didik melakukan proses negosiasi dalam membeli barang supaya mendapatkan harga murah. Perlu ditekankan bahwa ketika praktik demikian, proses negosiasi untuk mendapatkan harga barang lebih murah tersebut dapat disetujui ataupun tidak tergantung kepada pemilik kantin. Jika tidak disetujui peserta didik harus legawa karena itu merupakan bagian dari proses seseorang dalam melakukan negosiasi. Objek untuk melakukan negosiasi tidak harus di kantin dengan melakukan pembelian melainkan bisa dilakukan pada penawaran jasa.

Proses Penilaian

Kegiatan negosiasi yang dilakukan siswa di masyarakat dapat dinilai dengan melihat hasil rekaman video. Dari proses bernegosiasi yang dilakukan siswa, guru dan siswa dapat mempresentasikan kegiatannya untuk dikoreksi bersama apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak. Jika terdapat keterbatasan dalam melakukan rekaman video, guru tidak harus menyuruh siswa merekam melainkan ketika siswa praktik bernegosiasi guru dapat mendampingi dan melihat langsung kegiatan siswa. Untuk penilaian dapat menggunakan angka dengan skor 0-100 ataupun dengan abjad dengan skor A, B, C, D, dan E dimana A nilai paling baik dan E nilai paling rendah. Penilaian tidak hanya sebatan angka dan huruf melainkan harus ada deskripsinya supaya peserta didik mengetahui apa kelebihan diri mereka supaya dapat dipertahankan serta ditingkatkan dan kekurangan diri mereka supaya dapat diperbaiki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline