Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan ingin BUMN yang dipimpinnya masuk daftar perusahaan terbesar dunia, Fortune Global 500. Keinginan masuk daftar yang dibuat Majalah Fortune, AS, itu disampaikan pada acara peresmian sejumlah proyekbaruPertamina, Kamis (6/12). Targetnya, Pertamina masuk 100 besar pada 2025.
Fortune Global 500 adalah daftar tahunan 500 perusahaan terbesar dunia. Peringkat disusun berdasarkan jumlah penjualan/pendapatan. Pada edisi 2012 – yang dibuat berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2011 – 500 perusahaan di daftar itu berasal dari 37negara. Indonesia belum punya wakil di daftar tersebut, sementara tetangga kita, Malaysia diwakili oleh Petronas.
Karen, di acara yang dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu juga mengemukakan, pada 2025 Pertamina sudah mencapai tahapan transformasi menjadi "perusahaan energi terbarukan kelas dunia."Pertamina akan memompa 2,2 juta barel setara minyak bumi per hari dengan total pendapatan US$200 miliar (sekitar Rp 1.192 triliun pada nilai tukar Rp9.600 per dolar AS) dan target EBITDA (laba sebelum dikurangi beban bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) US$40 miliar atau sekitar Rp384 triliun.
Untuk mencapai target pendapatan dan laba di atas, boleh jadi Pertamina memang butuh 13 tahun dari sejak Karen mengemukakan target di atas. Tetapi masuk daftar perusahaan terbesar dunia versi Fortune, menurut saya, tak perlu menanti hingga tahun 2025. Mengapa? Begitu pentingkah Pertamina masuk daftar tersebut? Selengkapnya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H