Lihat ke Halaman Asli

Mama Terbaikku

Diperbarui: 14 Desember 2022   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ibu adalah Mama, begitu aku memanggilnya. Mama adalah orang yang melahirkan kita ke dunia. Mama adalah wanita yang sangat aku cinta. Ia adalah wanita yang telah membesarkanku, merawatku, mendidikku, dan orang yang sangat aku kagumi. Ia adalah wanita yang sangat tangguh, penyayang, penyabar, pantang menyerah, dan tiada kasih yang terputus darinya untukku. Menurutku, kasih ibu tiada pernah terbayarkan oleh apapun selain bagaimana kita bisa membuatnya bangga.
 
Mamaku bernama Arie Kustinawati, ia lahir di Surabaya pada tanggal 19 November 1979. Mama adalah anak pertama dari lima bersaudara. Mama lahir di Surabaya karena pada saat itu kakek bekerja di Surabaya. Mama beserta keluarga tinggal di daerah Simokerto. Disana mama tinggaal dekat makam umum.
Sejak kecil, mamaku sudah diajarkan hidup mandiri karena ia lahir dari keluarga sederhana. Selang beberapa tahun lahirlah seorang adik laki-laki dan perempuan mama. Adik perempuan mama yang masih duduk di bangku SD dan mama yang sudah SMP membantu nenek berjualan martabak mie khas madura yang berisi mie bihun. Pada saat itu juga, keluarga mama pindah tempat tinggal ke daerah Mojokerto yaitu di desa Pungging yang saat ini menjadi tempat tinggal tetap keluarga mama.

Sejak dahulu mama adalah orang yang sabar, penurut, mandiri, pendiam, dan penyabar. Mama tidak pernah membenci orang sama sekali meskipun orang itu mengejek, membenci, dan menghina mama. Mama pernah berkata padaku ‘’tidak semua keburukan dibalas dengan keburukan’’,  itulah salah satu pelajaran dari mama yang aku ingat sampai saat ini.

Ketika beranjak dewasa mama memilih untuk bekerja pada sebuah perusaahan perhotelan ternama pada kala itu. Mama bekerja sambil kuliah program perhotelan. Selama mama berkuliah, ia tidak pernah meminta uang sepeserpun kepada orang tuanya untuk biaya kuliah hingga ia lulus. Mama adalah tipe orang yang pekerja keras dan pantang menyerah. Mama selalu mengandalkan pepatah ‘’bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian’’.

Sambil kuliah juga mama mengikuti kursus kecantikan dan kursus-kursus lainnya hingga mama memiliki banyak sertifikat dari berbagai lembaga penyelenggara kursus tersebut. Tidak hanya itu, mama juga jago pada bidang kecantikan atau make up. Setiap aku ingin mengikuti lomba fashion show di sekolahku mama yang selalu menata rias dan bajuku. Mama tidak pernah gagal dalam memilih fashion membuat aku selalu dipuji oleh beberapa orang karena pilihan mama.

Mama suka memasak, masakan mama sangat lezat dan bergizi. Masakan mama yang menjadi favorit adalah sup sayur. Mama juga suka membuat kue. Pada saat ulang tahunku ke-5 tahun mama membuatkanku kue pisang untuk dimakan bersama teman-temanku. Mama selalu mengusahakan yang terbaik untuk putrinya. Dulu pada saat mama masih kerja, setiap pulang mama selalu membawakan makanan. Aku dibuat senang karenanya.

Kala itu, mama yang bekerja sedangkan ayah tidak. Ayah tidak bekerja karena telah ditipu oleh seseorang yang membuat mama dan ayah terpuruk. Meskipun begitu, mama selalu menguatkan ayah dan mengikhlaskan bahwa hal tersebut mungkin bukan rezeki kita, masih ada rezeki lain yang disiapkan oleh Allah SWT. Hingga pada tahun 2011 adalah tahun kebangkitan bagi keluarga kecilku yaitu ayah diterima pada suatu perusahaan milik clien mama. Sejak saat itu mama tidak diperbolehkan ayah untuk kerja lagi. Ayah mengatakan pada mama untuk merawat aku dan adikku saja. Mama menurut karena hal tersebut merupakan kewajiban.

Selama merawat dan menagsihi aku mama tidak pernah mengeluh dan marah. Mama adalah orang yang sangat sabar dan tegas. Itulah yang membuat aku dan adikku menjadi penurut dan menjadi anak yang hormat kepada ibu. Namun, pada saat aku duduk di bangku kelas 5 SD mama mengidap kanker payudara. Hal tersebut membuat aku sangat sedih dan terpukul.

Mama mengatakan kepadaku agar tidak memberi tahukan hal tersebut kepada orang lain maupun keluargaku, karena mama tidak ingin merepotkan orang lain. Mama selalu menjadi orang yang mandiri hingga sakitpun mama tidak mau merepotkan orang lain. Itulah pelajaran lain yang sangat berharga bagiku hingga saat ini. Takdir berkata lain, Allah lebih sayang mama. Mama meninggal dunia pada saat aku duduk di bangku kelas 1 SMP yaitu pada bulan Mei 2017. Mama meninggalkan aku dan adikku yang saat itu masih berusia 5 tahun. Kami sangat sedih dan terpukul, bumi terasa berhenti berputar. Mama yang selalu ada di setiap hari-hariku kini pergi pada Sang Pencipta. Aku dan adikku tidak boleh larut dalam kesedihan terus menerus, kami bangkit dan selalu mengingat pelajaran dari mama.

Mama yang selalu aku banggakan, mama yang selalu bisa membuat anak-anaknya bahagia, dan demi kebahagiaan anak-anaknya ayah dan mama harus bekerja keras setiap hari. Mamaku tidak pernah bermalas-malasan karena ibuku tahu bahwa kesuksesan akan tercapai jika kita rajin berusaha dan berdo’a, itu yang ibu ajarkan kepadaku. Terimakasih mama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline