Lihat ke Halaman Asli

10 Kasus Kerusakan Ekonomi di Dunia

Diperbarui: 3 Januari 2024   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: ekbis.sindonews.com

Seiring dengan dinamika globalisasi dan ketergantungan antarnegara, pemahaman mendalam tentang kasus-kasus kerusakan ekonomi di dunia menjadi krusial dalam konteks keberlanjutan dunia, Sejumlah ahli ekonomi telah menyoroti urgensi mengkaji krisis-krisis ekonomi sebagai landasan untuk pengembangan kebijakan yang efektif dan adaptif. Menurut Rogoff dan Reinhart (2009), studi kasus terhadap krisis ekonomi masa lalu memberikan pandangan historis yang kaya akan pengalaman dan pelajaran yang dapat diambil.

Krugman (2008) juga menekankan bahwa melalui analisis kasus-kasus kerusakan ekonomi, kita dapat mengidentifikasi faktor-faktor pemicu krisis dan mengembangkan strategi untuk meminimalkan risiko serupa di masa depan. Oleh karena itu, tugas yang mengkaji 10 kasus kerusakan ekonomi di dunia menjadi relevan dan bermanfaat dalam mendukung pemahaman dan pengembangan kebijakan ekonomi global.

Berikut penulis jabarkan beberapa kasus kerusakan ekonomi yang masif dan dapat dijadikan studi yang mendukung pengembangan kebijakan ekonomi dunia.

Covid-19 (2019 -- 2022):

S-CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas. Penularannya melalui percikan dari saluran pernapasan dan dapat menempel di benda, serta menyebar melalui kontak antarmanusia. Waktu inkubasi virus ini antara 1-14 hari. Protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, dianjurkan untuk mencegah penularan. Selain itu, vaksin telah dikembangkan untuk mencegah infeksi COVID-19.

Jumlah kasus infeksi COVID-19 di Indonesia telah mencapai angka yang sangat tinggi, dan berbagai upaya pencegahan, termasuk pembatasan kegiatan masyarakat, dilakukan untuk menekan penyebaran virus ini.

Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pandemi ini memengaruhi situasi ketenagakerjaan di Indonesia, sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan bahkan kehilangan pekerjaan. Pandemi COVID-19 juga memperlambat seluruh siklus di dalam rantai pasok dunia, termasuk Indonesia yang berpartisipasi di dalamnya. Hal ini tercermin dari data Badan Pusat Statistik, dimana ekspor di Indonesia menurun sekitar 2,6 persen pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan peningkatan jumlah pengangguran. Selain itu, pandemi COVID-19 juga memengaruhi sektor pertanian, transportasi, sosial, dan sektor lainnya.

Krisis Dot-com (2000-2001):

Krisis Dot-com terjadi pada tahun 2000-2001, dimana investor memasukkan uang ke dalam perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan. Investasi spekulatif ini mengabaikan metrik investasi tradisional, seperti rasio harga saham saat ini dibandingkan dengan laba per saham. Investor lebih memilih membangun kesadaran merek dan pangsa pasar, bahkan jika itu memerlukan menawarkan layanan atau produk dengan harga diskon atau gratis. Krisis ini dimulai pada tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2001, ketika banyak perusahaan internet mengalami kebangkrutan. 

Krisis Dot-com pada tahun 2000-2001 memengaruhi perekonomian global, terutama pada perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan. Investor memasukkan uang ke dalam perusahaan-perusahaan internet yang belum mapan, mengabaikan metrik investasi tradisional, seperti rasio harga saham saat ini dibandingkan dengan laba per saham. Krisis ini dimulai pada tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2001, ketika banyak perusahaan internet mengalami kebangkrutan. Krisis ini memengaruhi banyak sektor ekonomi, termasuk teknologi informasi dan komunikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline