Lihat ke Halaman Asli

Kurawa Main Politik (KMP)

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kurawa hanya ada di cerita Mahabharata. 100 bersaudara yang sangat jahat, serakah, licik dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya, termasuk berusaha membunuh dan melenyapkan Pandawa yang masih saudara sepupunya demi meraih kekuasaan. Kurawa adalah contoh ketika pihak jahat justru merasa dihianati, pihak licik yang merasa dicurangi,pihak salah yang selalu merasa benar. Ketika Kurawa gagal meng 'gol' kan rencananya, mereka justru merasa sebagai korban. Kurawa selalu merasa bahwa merekalah yang ditakdirkan berkuasa. Berkuasa adalah keharusan dan tujuan satu-satunya Kurawa.

Tapi jika tidak ada Kurawa, maka tidak akan ada peperangan Bharatayudha. Mahabharata akan menjadi dongeng tanpa greget. Pandawa akan terlihat biasa-biasa saja. Justru karena ada Kurawa, maka Pandawa terlihat begitu baik, begitu mengalah, sabar dan tetap berpendirian teguh pada kebenaran. Pandawa tidak akan terlihat sakti, jika tidak ada Kurawa. Pandawa tidak akan menarik simpati, jika tidak ada Kurawa yang menebar antipati. Pandawa juga bukan manusia-manusia sempurna. Pandawa juga melakukan kesalahan, tapi semua kesalahan tersingkirkan karena begitu dahsyatnya kesalahan Kurawa.

Saat ini, Kurawa menjelma. Bukan lagi sebagai seratus bersaudara, melainkan sebagai kelompok-kelompok politik. Kurawa sekarang tidak lagi memegang gada di istana, tapi Kurawa sekarang berpolitik. Karenanya mereka menamakan diri sebagai Kurawa Main Politik, disingkat KMP.

Karena memang jelmaan Kurawa, KMP pun memiliki karakter dasar seperti aslinya. Mengaku dicurangi, berkoar sebagai korban, menutupi kejahatan dengan sesumbar demi rakyat, merasa paling bisa memimpin, menuduh, memfitnah, pokoknya melakukan segala cara demi kemenangan.

Kurawa merencanakan trik licik ketika bermain dadu lawan Pandawa. KMP pun sama, hanya tidak dengan dadu, tapi dengan dewan.

Bagaimanapun, KMP memang ditakdirkan untuk tidak akan pernah merasa malu. Walau genangan lumpur masih belum kering, walau permasalahan mulai dari daging sapi sampai ongkos naik haji masih hangat. Bahkan kejahatan penculikan dan tragedi penganiayaan terhadap satu ras tertentu masih  diingat seluruh dunia. KMP tak perduli, bahkan berusaha keras untuk balik menuduh.

Biarlah.... karena dengan adanya KMP, maka kebenaran akan lebih terlihat.

Tapi, apakah perlu Bharatayudha untuk memulai sesuatu yang baru tanpa KMP??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline