Bayangkan sebuah dunia di mana suara Anda tidak lagi dihargai karena kejujuran atau integritas, melainkan karena nominal uang yang Anda terima atau prasangka yang ditebarkan. Apakah demokrasi seperti ini yang kita inginkan? Politik uang dan politik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) adalah ancaman nyata bagi keadilan dan keharmonisan bangsa. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa kita harus menolaknya, demi menciptakan masa depan yang lebih cerah.
---
Pendahuluan
Politik uang dan politik SARA sering menjadi fenomena yang mencederai proses demokrasi di Indonesia. Praktik ini tidak hanya melanggar prinsip keadilan, tetapi juga merusak fondasi demokrasi yang sejatinya berorientasi pada aspirasi rakyat. Artikel ini bertujuan untuk mengupas dampak negatif dari dua fenomena tersebut serta memberikan panduan praktis untuk melawan keduanya.
---
Politik Uang: Merusak Demokrasi dari Akarnya
Politik uang adalah praktik memberi atau menerima uang atau hadiah lain untuk memengaruhi pilihan politik seseorang.
Dampaknya:
1. Merugikan Integritas Pemimpin: Pemimpin yang terpilih melalui politik uang cenderung tidak memiliki visi dan misi yang jelas karena hanya berorientasi pada kekuasaan.
2. Menciptakan Korupsi Sistemik: Untuk menutupi biaya kampanye yang mahal, pemimpin sering kali mengorbankan kepentingan rakyat melalui praktik korupsi.