Lihat ke Halaman Asli

Romeo Saru

ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

Ketika Kesepian Menjadi Bahasa Baru dalam Pernikahan: Sebuah Perspektif Romantis

Diperbarui: 12 November 2024   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan Romantis, sumber gambar : Pixabay.com

Dalam riuh rendah dunia ini, adakah yang lebih menyakitkan dari pada sunyi yang datang dari seseorang yang kita cintai? Di balik senyuman yang tak pernah hilang, kadang tersembunyi keheningan yang tak terucap, perasaan yang menggantung di antara kata-kata yang tak sempat tersampaikan. Inilah tentang cinta yang hidup dalam diam, tentang ikatan yang kuat namun samar, dan tentang kesunyian yang, mungkin, adalah cara cinta berbicara tanpa suara.

"Ketika Kesepian Menjadi Bahasa Baru dalam Pernikahan: Sebuah Perspektif Romantis"

Cinta dalam pernikahan adalah sesuatu yang tumbuh, bukan sekadar tumbuh dalam kehangatan, tapi juga di dalam hening. Barangkali, kita terlalu terbiasa berpikir bahwa pernikahan yang ideal adalah pernikahan penuh tawa, percakapan mendalam, dan sentuhan yang mesra. Namun, bagaimana jika kesepian itu bukan akhir dari cinta, melainkan bentuk cinta itu sendiri yang belum kita pahami?

Di balik pernikahan yang sunyi, mungkin ada bahasa yang tak kasat mata, sebuah perasaan yang berbicara lebih dari kata-kata. Kesepian ini adalah ruang yang memungkinkan kita memahami pasangan dengan cara yang berbeda, merasakan cintanya bukan dalam suara, tapi dalam kehadiran yang diam. Cinta yang hadir di antara dua orang yang tidak lagi membutuhkan kata untuk mengungkapkan isi hati. Mereka duduk berdua dalam kesunyian, namun dalam sunyi itu, ada kehadiran yang jauh lebih dalam.

Mungkin, ketika kita merasakan jarak dalam hubungan, itu bukanlah tanda kehampaan. Jarak itu bisa jadi ruang yang diciptakan untuk merasakan kehadiran satu sama lain dari jauh, seperti sepasang bintang yang terpisah namun masih bersinar di langit yang sama. Kesepian, dalam bentuk ini, menjadi cara bagi cinta untuk tumbuh dalam bentuknya yang tak terucap, memberi kita waktu untuk merenungi dan merindukan apa yang sudah kita miliki.

Pernikahan yang terasa sunyi mengajarkan bahwa cinta tak selalu perlu diteriakkan; ia bisa dibisikkan dalam sentuhan ringan, dalam tatapan yang tak lama, atau bahkan dalam keheningan panjang yang menggema di antara dua jiwa. Dan mungkin, di sinilah letak kekuatan cinta yang sejati: cinta yang mengerti bahwa meski sunyi, kita tetap bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline