Lihat ke Halaman Asli

Romeo Saru

ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

Bagian 2: Jejak yang Tertinggal

Diperbarui: 18 Oktober 2024   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : pixabay

Beberapa hari setelah pertemuan singkat dengan Lila, Raka tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Obrolan sederhana mereka ternyata meninggalkan kesan yang mendalam. Setiap kali ia duduk di depan laptopnya untuk menulis, bayangan senyum Lila selalu terlintas di benaknya. Ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan itu, sesuatu yang ia sendiri tak bisa jelaskan.

Pagi itu, seperti biasanya, Raka memutuskan untuk kembali ke kafe tempat mereka bertemu. Entah kenapa, ia berharap bisa bertemu lagi dengan Lila. Namun, saat ia duduk di sudut yang sama dengan secangkir kopi hitam, waktu berlalu tanpa tanda-tanda kehadiran wanita itu.

Hingga ketika ia hampir menyerah, seorang barista mendekatinya dengan senyum kecil. "Mas Raka, ada titipan surat untuk Anda dari beberapa hari lalu."

Raka terkejut. "Surat? Dari siapa?"

Barista itu hanya mengangkat bahu. "Seorang wanita menitipkannya, tapi dia tidak bilang siapa namanya."

Dengan perasaan penasaran, Raka membuka surat itu. Tulisan tangan rapi terlihat di atas kertas yang wangi:

Hai Raka,

Jika kamu membaca ini, berarti aku tak sengaja meninggalkan jejakku di hidupmu, seperti yang kau lakukan di hariku. Aku tidak bisa menjelaskan kenapa, tapi rasanya kita punya sesuatu yang istimewa, bahkan dalam pertemuan singkat itu.

Aku tidak sering melakukan ini, tapi aku ingin tahu apakah kamu merasakan hal yang sama? Jika iya, aku akan ada di kafe ini besok, jam 5 sore.

Jika tidak, anggap saja ini kenangan manis yang tak pernah terjadi.


Tertanda,

Lila

Jantung Raka berdegup lebih cepat. Perasaan hangat mengalir di tubuhnya, campuran antara rasa senang dan gugup. Ia tidak menyangka bahwa Lila merasakan hal yang sama. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan akan datang besok, apapun yang terjadi.

Hari berikutnya, tepat pukul 5 sore, Raka sudah duduk di meja yang sama, menunggu dengan cemas. Hujan kembali turun dengan lembut, seperti menyambut pertemuan mereka. Setiap kali pintu kafe terbuka, matanya langsung mencari sosok yang dikenalnya.

Dan akhirnya, pintu terbuka lebar. Lila melangkah masuk dengan senyum yang tak kalah hangat dari hari pertama mereka bertemu. Dia menatap langsung ke arah Raka, dan tanpa berkata apa-apa, mereka berdua tahu bahwa sesuatu di antara mereka baru saja dimulai.

To be Countinue....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline