Pendahuluan:Akhlak, dalam konteks Islam, mencakup aspek individu dan sosial yang menggambarkan karakteristik budi pekerti, perilaku, dan tabiat seseorang. Dalam bahasa Arab, kata "akhlak" diambil dari "khuluq," yang berarti budi pekerti atau tingkah laku. Definisi akhlak oleh Hamid Yunus menyebutkannya sebagai "sifat-sifat manusia yang terdidik." Ini mencerminkan pandangan bahwa akhlak bukan hanya bawaan, tetapi dapat dikembangkan melalui pendidikan.
Akhlak Individu:Akhlak individu mencakup sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik secara fisik maupun rohaniah. Ini melibatkan kepatuhan terhadap nilai-nilai agama, menjaga diri dari perbuatan buruk, dan beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan para nabi. Akhlak individu juga mencakup konsep qona'ah, yaitu rasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dimiliki.
Akhlak Sosial:Akhlak sosial melibatkan interaksi individu dengan sesama, alam, dan lingkungan. Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok yang hidup secara kolektif, membutuhkan interaksi antarindividu dan kelompok. Akhlak sosial termasuk perilaku baik terhadap orang tua, kewajiban membayar zakat dan infaq, menepati janji, dan menghindari sifat sombong.
Keseimbangan Akhlak Individu dan Sosial:
1. Akhlak Terhadap Individu:
a. Sabar: Sabar merupakan keadaan jiwa yang kokoh dan stabil. Dalam Islam, sabar mencakup keteguhan hati dalam ketaatan kepada Allah, menjauhi larangan-Nya, dan menerima keputusan-Nya.
b. Syukur: Syukur adalah menggunakan nikmat Allah untuk taat kepada-Nya, menghargai setiap karunia, dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
c. Amanat: Amanat melibatkan kesetiaan, kejujuran, dan tanggung jawab dalam melaksanakan hak yang dipercayakan.
d. Jujur: Jujur dalam perkataan dan perbuatan, menghilangkan sifat riya' (berpura-pura) dan mengakui bahwa manfaat dan bahaya hanya berasal dari Allah.
e. Wafa’ (Menepati Janji): Menepati janji merupakan kewajiban yang menciptakan kepercayaan dan menjaga integritas seseorang.
2. Akhlak Terhadap Sosial: