Ketika memasuki musim panen buah di kepulauan kecil di Indonesia , kalong keluar dari gua dan perbukitan menyebar dan mengelilingi di kepulauan kecil di Indonesia untuk mencari makan dan sasaran utama tersebut adalah buah , sehingga beresiko pada jaringan SUTM milik PLN yang berdampak pada padamnya aliran listrik sementara akibat force mayor (kalong) tersebut.
Ukuran Kalong sendiri cukup besar, dengan bentang sayap sekitar 1 meter - 1,5 meter.
Saat berterbangan kalong mengandalkan telinga sebagai indra pendengarannya yang notabene lemah dalam hal penglihatan.
Sehingga tempat yang dihinggapi merupakan pantulan getaran suara yang di tangkap melalui gelombang ultrasoniknya, tak terkecuali jaringan listrik tersebut.
Hewan bersayap itu hinggap di Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) seperti trafo, kabel, sambungan kabel, isolator, hingga perangkat kontruksi tiang besi atau tiang beton , sehingga menyebabkan padamnya aliran listrik sementara yang membuat resahnya masyarakat yang berada di pulau kecil di Indonesia.
Tidak sedikit, penyebab gangguan listrik padam adalah karena banyaknya bangkai kalong yang mati akibat hinggap di jaringan SUTM milik PLN.
Hingga saat ini PLN di masing - masing kepulauan kecil di Indonesia selalu berupaya dengan solusi ataupun penanganan akibat gangguan yang disebabkan oleh hewan kalong dengan cara pemasangan pelindung kabel AAACS (All Aluminium Alloy Conductor Shielded) sebagai cover atau pelindung kabel yang bernama bluepipe atau selang kabel berwarna biru tersebut.
Dengan adanya pemasangan bluepipe atau yang di ketahui secara umum selang kabel berwarna biru tersebut dapat meminimalisir atau penurunan gangguan yang di hadapi oleh PLN terutama di kepulauan kecil di Indonesia sebesar 30 - 40 %.