Lihat ke Halaman Asli

Fiksi Kuliner - Cokelat Penentu

Diperbarui: 6 Juni 2016   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Fiksiana"][/caption]

 

Aku menimbang-nimbang. Apakah perlu diriku berdesak-desakan di sebuah toko dengan desain pink norak itu? Jalanan Shibuya di sore hari sudah dipenuhi perempuan yang akan berburu cokelat, karena esok hari adalah valentine day.

“Sebaiknya kamu harus membeli cokelat untuk Tanaka-kun. Kokuhaku shite (Nyatakan perasaanmu)!” Kata Momoko, sahabat baikku semenjak pertama kali aku menginjakkan kaki di Tokyo.

Cokelat adalah camilan favoritku dan syukurnya meski hobi mengemil cokelat, tubuhku dikaruniai gen susah gemuk. Tetapi kalau dalam urusan seperti ini, sebaiknya apa yang harus aku lakukan? Aku merasa sangat geli membayangkan harus berebutan membeli cokelat atau bahan untuk membuat cokelat terbaik lantas memberikannya begitu saja untuk seorang pria. Kalau dalam urusan cinta, kenapa orang Jepang begini ribetnya?

Beberapa langkah lagi, dan akhirnya di sinilah aku sekarang. Di tengah toko cokelat yang mayoritas diberi ornamen pink, warna yang sangat kubenci. Pink terlalu menyolok di mataku, kenapa val day tidak dihiasi warna biru? Bukankah biru itu lebih menenangkan jiwa juga?

“Saya mau beli satu dark chocolate yang paling bagus kualitasnya di sini,” kataku berusaha terlihat percaya diri.

“Oke, ini yang paling bagus dan harganya cukup mahal, sekitar 1000 yen,” kata penjaga toko. Ia melayaniku dengan efisien karena pembeli lain sudah berteriak untuk meminta bantuannya.

Kutimang-timang dark chocolate yang sudah kubeli dengan sisa uang sakuku. Ah, arubaitoku baru dimulai minggu depan, jadi praktis beberapa hari ke depan aku harus berpuasa.

Rasa-rasanya ingin kuperlambat jarum jam di dunia. Atau jika bisa kuhapus saja valentine day, val day atau hari kasih sayang kampret itu supaya tidak membuatku bingung. Masa perempuan yang menyatakan perasaan pada laki-laki? Ini sudah melanggar prinsip dan harga diriku selama 23 tahun.

Jadi ketika di hari kasih sayang ini semua perempuan sudah berdiri penuh ketegangan, menunggu saat pemberian cokelat untuk pujaan atau pria idola mereka, aku hanya duduk di atap kampus, masih menimang-nimang cokelat yang akan kuberikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline