Lihat ke Halaman Asli

SLAMET

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

wajah semu itu mengerutkan dahinya dibalik dinding kabut

ubun-ubunnya seperti mau njeblug

matanya sudah merah, tapi terus saja dikucek-kucek

dalam bebasnya, ia mengaku masih diborgol

karena niatnya berbeda dengan niat-Nya

Siapa gerangan yang mendinginkan mendoan dari tangannya?

Siapa gerangan yang menghangatkan telapak kakinya dari ketidaksabaran?

Sejak dahulu ia dituntut untuk sabar

Walaupun banyak manusia manusia kurang ajar indekos gratisan di gubuknya

"Sabar...sabar...sabar...

Nek ora sabar inyong ora bakal SLAMET.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline