Lihat ke Halaman Asli

Mentalitas, Nilai Sosial Sebuah Mobil, dan Kemacetan Lalu Lintas

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena yang tidak biasa dan akhirnya menjadi terbiasa kita lihat dan alami di Ibu kota salah satunya adalah kemacetan jalan raya. Hampir disetiap hari kemacetan selalu ada, bahkan di jalan tol sekalipun. Sempat terpikir bahwa kita membayar tarif tol yang semakin lama semakin mahal hanya untuk menikmati kemacetan Ibu kota saja dan kita pun merelakan uang kita hanya untuk membayar sebuah kemacetan.

Pemandangan seperti itu akhirnya menjadi biasa karena terbiasa. Sudut pandang masyarakat selalu menyalahkan pemerintah dan pihak kepolisian yang tidak mengatur lalu lintas kota, sementara Pemerintah memiliki sudut pandang yang berbeda pula, yaitu mereka menyalahkan pengguna jalan yang tidak taat peraturan dan sebagainya. Padahal akar permasalahannya bukan kedua hal tersebut.

Dalam tulisan ini saya mencoba membahasnya dari sudut pandang yang serupa namun tidak sama, artinya saya melihat kesemerawutan lalu lintas Ibu kota terjadi karena nilai sosial sebuah mobil.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mobil adalah kendaraan darat yg digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesinnya. Namun saya akan mempersempit definisi mobil menjadi mobil pribadi, karena bagi saya yang membuat jalanan begitu padat adalah sebagian besar karena kendaraan pribadi.

Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2012

Tahun

Mobil Penumpang

Bis

Truk

Sepeda Motor

Jumlah

1987

1170103

303378

953694

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline