Lihat ke Halaman Asli

Ketika Angkot Ngetem (Masih Seputar Demo Angkot Malang)

Diperbarui: 8 Maret 2017   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar trayek angkot pasti umum melakukan hal yang satu ini. Bisa dipahami jika mereka ngetem di terminal, mall, atau pasar. Namun yang membuat jengkel masyarakat adalah tindakan mereka yang sering kali tidak tahu waktu saat ngetem.

Sebagai contoh (cerpen nyata terselubung :v) :

Saya pulang dari Malang Town Square pukul 19.30 mau naik AL. Sopir angkot AL yang ngetem di depan parkiran luar mall menyuruh saya naik di angkotnya dengan kata-kata "Ayo naik mbak, langsung berangkat". Setelah saya naik, yang terjadi adalah si sopir hanya nongkrong di luar angkot sambil mengucapkan hal yang sama pada orang-orang yang melewati parkiran luar.

Pada akhirnya setelah menunggu hampir 90 menit, angkot yang saya naiki tadi hanya berisi tiga orang penumpang termasuk saya. Nah, pukul 21.00 para pengunjung mall plus karyawan mall mulai berhamburan pulang, hingga akhirnya penuhlah angkot yang saya naiki. 

Setelah penuh, si sopir tidak langsung berangkat, tapi malah menanyai tujuan penumpang satu-persatu. Saya saat itu hendak ke Klojen, dan ternyata arah tersebut tidak sesuai dengan 'trayek dadakan' yang dibuat oleh sopir. "Nggak ke Klojen Mbak, sampeyan pindah ke angkot belakang"

What???!!! Siapa yang tidak jengkel diperlakukan seperti itu. 90 menit terbuang sia-sia dan berujung tidak jelas pula. Padahal jika tadi saya mau turun dan tidak jadi naik, pasti si sopir marah-marah dan memaki. Tapi sekarang dia malah seenaknya sendiri menentukan jalur trayeknya.

Saya pun turun lalu pindah ke AL di belakangnya bersama seorang penumpang yang juga 'tereliminasi'. Sopir angkot AL kali ini malah bingung karena tiba-tiba kami naik ke dalam angkotnya. Dia ternyata baru saja tidur di dalam angkotnya. "Lho, mbak? Ikut depan mbak, langsung berangkat", katanya masih setengah sadar. Saya yang tadi menahan emosi langsung menjawab " Bilangnya sejak jam 7.30 tadi langsung berangkat, sekarang malah disuruh ikut sampeyan kok" jawab saya sewot.

Mendengar nada suara saya, dia pun langsung terbangun dan menyalakan mesin angkotnya. Kami pun segera meluncur. Penumpang yang naik bersama saya ternyata adalah mbak-mbak tenant Mall yang katanya juga beberapa kali mengalami peristiwa tidak menyenangkan ketika naik angkot. Dan ternyata berikutnya terjadi tragedi seperti salah satu cerita si mbak tadi.

Sesampainya di Jalan Semeru di seberang GOR Gajayana, kami disuruh turun karena sopir AL tadi mau menjemput istrinya yang notabene bekerja di MOG. Astagaa!!! Setidaknya dia bisa mengantar kami sampai stasiun biar lebih mudah dapat angkotnya. Tapi dia malah menelantarkan kami di jalan sepi. Alhasil setelah ngentang sambil ngobrol sama mbak tenant tadi (saya terlalu emosi pada hari itu sehingga nggak sampai ngajak si mbak kenalan, cuma curcol ngalor ngidul masalah angkot) , kami berhasil naik ADL yang lewat pada jam 22.30.

Seandainya saat itu sudah ada Go-jek T_T.  Semoga saja angkot sadar dan mau berbenah diri, biar penumpang setianya nggak full kabur ke transportasi online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline