Lihat ke Halaman Asli

Orange Truck from Lombok to Bali

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah dimulai saat saya berbackpacker-ria dengan 2 sahabat. Kali ini kami berada di Lombok dan bersiap untuk tancap gas menuju Pulau Bali. Dsini sebenarnya kami agak khawatir, karena masih kurang informasi mengenai transportasi seturun dari kapal penyebrangan Lombok-Bali nantinya. Perkiraan sampai di pelabuhan Padang Bay (Bali) pun sekitar jam 9 atau 10 malam. Wah, bisa-bisa gelar tiker buat tidur (nginep) dulu nih di sana. Hufff, pikiran itu berusaha saya singkirkan jauh-jauh! Kembali pada detik-detik penyebrangan di Pelabuhan Lembar. Keberangkatan kami diantar seorang rekan yang memang menetap di Ampenan, Lombok. Sang rekan itu mengantar sampai di pintu masuk pelabuhan Lembar. Tiba-tiba ia menawarkan sesuatu yang kurang jelas, tidak bisa kami tangkap secara audio maupun visual. Kami mendekatinya untuk memperoleh keterangan lebih jelas. Ooo... Ternyata sang rekan menawarkan kami untuk nebeng di dalam truk besar untuk penyebrangan ini. Kebetulan truk itu tidak membawa kondektur, jadi kami bertiga cukup untuk duduk di bangku depan bersama sang supir. Kami berencana ikut dalam truk ini sampai Terminal Ubung di Denpasar dengan hanya mengeluarkan kocek Rp. 50.000 per orang. Lumayan lah jadi tak perlu beli tiket kapal dan tidak harus berepot-repot ria mencari angkot ke arah Denpasar, walaupun sempat was-was dengan keamanan nebeng di truk. Hehehe... Baru saja kami duduk tenang dan truk mulai memasuki kapal, pintu truk dibuka dari luar oleh seorang petugas darat. Si petugas darat langsung berkata "apa ini, masa cewek-cewek kondektur sih. Turun satu orang, beli tiket!". Hwaaa... Ketauan nebeng di truk nih, sempat takut juga disuruh turun semua dan ndak boleh naik truk lagi. Bagusnya, itu tak terjadi. Teman yang diperintahkan turun tadi hanya disuruh beli 1 tiket dan diintrogasi sebentar. Selebihnya, kami sangat menikmati penyebrangan karena kapal yang dinaiki memiliki ruang penumpang ber-AC, televisi, dan nyaman pastinya. [caption id="attachment_275362" align="aligncenter" width="300" caption="Truk keberuntungan kami!"][/caption] Penyebrangan berakhir, mau tak mau kami harus kembali ke dalam truk besar bersama sang supir yang berkumis dan ternyata orang Bali asli. Ketakutan kami nebeng di truk pun semakin lama makin hilang, karena sang supir merupakan orang yang ramah dan humoris. Percakapan mengalir sepanjang jalan, ia mengakui baru kali ini mengangkut orang yang semuanya wanita dan obrolan-obrolan menarik lain.  Sayangnya, entah kenapa kami tak bertanya siapa gerangan nama sang supir. Hahaha, memang penumpang tak tau diuntung! Akhirnya kami tidak jadi turun di Ubung, karena si supir bertujuan ke Tabanan yang artinya melewati jalan antarkota Denpasar yang merupakan tujuan kami. Seturun dari truk, rekan di Bali sudah menunggu dengan motornya dan sempat shock melihat kami menumpang truk. Kami hanya memasang tampang cengar cengir dan meminta Rekan Bali untuk mengabadikan foto di depan truk. Jadi, lewat tulisan ini saya ingin mengucapkan terimakasih lagi pada supir truk besar dengan nomor plat DK 8701 BW, yang tidak kami ketahui namanya... GBU always pak supir!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline