Lihat ke Halaman Asli

Sang Perindu Senja

Diperbarui: 12 Januari 2019   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semburat jingga di batas cakrawala kembali hadir menemani senja yang hampir menggelapkan langit untuk hari ini. Aku duduk di pelataran di depan warung Pakcik Burhan dengan segelas teh hangat manis yang dibuatkan oleh Ibu Saidah, yang mulai dingin di dalam gelas kaca beralaskan piring kecil. 

"Sebentar lagi Maghrib, kau tak balik, Kal?" Ucap Pakcik sambil merapikan kopiahnya yang tampak lusuh.

"Sebentar lagi, Pakcik. Insya Allah, kalau adzan saya akan langsung ke mesjid saja. Tak ada orang di rumah." Jawabku.

Senja menggelap, bayangan mulai kabur dan buring-burung mulai kembali ke sarang setelah seharian melalang-buana mencari makanan demi mengisi tembolok mereka dan anal-anak mereka di sarang. Tak luput dari pandangan, awan tipis yang layaknya selimut sutra tipis menghias langit, tampaknya memberi harapan bagi bulan dan bintang untuk menampakkan wajahnya malam ini.

Aku menatap nanar ke arah jalanan yang ada di depan warung itu. Jalan apa yang kulalui ini. Perasaan bersalah dan perasaan rindu menyatu dalam setiap helaan panjangku.  Gadis itu kembali ke dalam angan melebur dengan kilasan-kilasan masa lalu yang berputar layaknya rekaman vidio yang dibalik-balik.

"Kau masih memikirkan wanita itu?" Tanya Pakcik yang keluar dari warungya dengan baju koko dan sarung kotak-kotak pemberian anaknya, bersiap untuk pergi ke mesjid. "Kau harus semangat dalam hidup. Hidupmu tidak berputar pada gadis itu sebagai poros. Kau hidup di dunia nyata, bukan angan-angan." Lanjutnya.

"Pakcik mau pergi?"

"Ya, ayo kita sama-sama saja ke mesjidnya."

"Tapi, warung Pakcik?"

"Saidah ada di belakang, sebentar lagi dia kembali." Jawabnya.

Pakcik menarik lenganku dengan tangannya yang keriput. Dia berjalan terseok-seok karena rematik yang menyerang kakinya. "Kau tak pernah menemui ibumu lagi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline