Lihat ke Halaman Asli

REDEMPTUS UKAT

Relawan Literasi

Dilema Seorang Suami

Diperbarui: 26 Juni 2021   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dilema seorang suami (kaba12.co.id)

Suasana rumah mencekam. Air mata Bete tak berhenti mengalir. Ia merasa terjebak di kamar berdinding bebak itu.

            "Aku makan hati tinggal di rumah ini. aku benci ibumu. Mulutnya seperti pantat ayam. Tak pernah berhenti mengoceh. Harusnya  dia tidak perlu mengomentari masalah kita. Ibumu terlalu ikut campur urusan kita, sayang." Katanya sambil duduk membelakangi Nahak suaminya.

            Nahak hanya mendengarkan keluhannya dengan jantung berdebar -- debar, mata memerah dan melotot. Amarah memenuhi hati dan kepalanya. Tetapi ia mencoba sabar untuk menghadapi istrinya itu.

            "Aku tidak betah tinggal di sini. Aku mau kita tinggal di kos. Jauh dari keluargamu dan keluargaku. Biar kita urus rumah tangga kita sendiri. Kalau kau tidak mau, biar aku sendiri tinggal di kos. Aku butuh keputusanmu sekarang". Katanya lagi dengan nada yang semakin meninggi.

            Suasana rumah kian mencekam. Langit yang cerah berbintang seolah tertutup awan gelap. Bulan hanya bisa melongo melihat Nahak terjebak pada pilihan yang sulit. Namun Nahak tetap sabar ia mencoba menenangkan situasi.

            "Sayang, mama tidak bermaksud mencampuri urusan kita. Dia hanya ingin kita tidak bertengkar dan memarahi anak -- anak. Kadang -- kadang kau memang berlebihan saat memarahi anak -- anak. Tadi mama mencoba menghindarkan anak -- anak dari kemarahanmu. Lalu jangan berusaha membuat keputusan saat marah. Itu justru akan menimbulkan masalah baru." Usaha Nahak ternyata sia -- sia. Bete tidak menggubris. Suaranya terbuang percuma. Bete justru menganggap Nahak membela ibunya. Suasana makin kacau. Nahak kebingungan tak tahu harus bagaimana.

             Sambil duduk saling membelakangi di atas ranjang, Bete terus mengoceh tanpa henti. Nahak hilang kesabaran. Ia bangkit berdiri dan berteriak memanggil ibunya. Bete yang semula berkomat -- kamit, langsung terdiam dan menatap suaminya dengan heran. Dia lalu mencoba meraih tangan Nahak untuk menghalanginya bertemu ibu. Tapi Nahak menepis tangannya dan berjalan keluar kamar.

            Nahak lalu menuju kamar tamu. Ia sediakan tiga buah kursi untuk mereka bertiga. Tapi istrinya tak mau keluar kamar. Dia terus berkomat -- kamit seperti dukun. Ibunya pun keluar dari kamar tidur sambil menggendong anak mereka yang sudah tertidur.

            "Mama, istri saya tersinggung dengan ucapan mama tadi. Dia tidak mau mama terlalu ikut campur urusan kami".

            Dengan menarik nafas dalam ibunya berkata: "Saya tidak marah istrimu. Dia tidak perlu tersinggung. Saya tadi hanya berusaha mengajak anak -- anak supaya tidak mengganggu istrimu".

            "Iya mama, saya mengerti. Tapi mungkin lain kali mama tidak usah ikut campur urusan kami dulu, kecuali masalah -- masalah yang tidak bisa kami atasi." Mendengar permintaan Nahak, ibunya hanya mengangguk mengiyakan lalu berjalan meninggalkannya sendirian di ruang tamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline