Akhir -- akhir ini kasus -- kasus kekerasan seksual makin kerap terjadi baik yang menyasar perempuan maupun anak -- anak. Untuk anak -- anak saja, sejak Januari hingga Juli 2020 tercatat ada 2556 kasus kekerasan seksual sebagaimana yang disampaikan oleh Nahar, Deputi Bidang Pelindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Lalu pada tahun 2021, terhitung sejak Januari sampai Maret sudah terjadi 426 kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan dan anak - anak. Itu kasus yang terlapor atau muncul ke permukaan karena korban melaporkan kejadian yang dialaminya kepada keluarga, polisi atau lembaga -- lembaga terkait. Namun bagaimana dengan kasus -- kasus yang tidak terlapor sama sekali karena korban tidak berani bersuara? Bisa jadi lebih banyak lagi. Karena itu sebagai orang tua kita harus hati -- hati dalam mengasuh, mendidik dan mengawasi anak -- anak kita. Sebab ancaman kekerasan seksual bisa datang dari mana saja mulai dari orang -- orang terdekat kita sampai orang -- orang asing.
Terhadap kasus -- kasus kekerasan seksual pada anak -- anak sebenarnya orang tua bisa mendeteksinya lebih dini dengan melihat sikap dan perilaku anak -- anak kita. Sebab gejala -- gejala kekerasan seksual bersifat sangat traumatis dan dapat menimbulkan gerakan -- gerakan tak wajar, perubahan perilaku dan perubahan suasana bathin mereka. Hal ini pernah diungkap oleh dua ahli saraf bernama Frederik Anderman dan Eva Andermann. Kedua ahli itu dalam bukunya yang berjudul Movement Disorder in Neurology and Neuropsychiatri, mengatakan bahwa korban yang mengalami serangan seksual mendadak atau di luar kehendaknya dapat menunjukan bahasa tubuh yang sangat jelas dan mudah di deteksi. Refleks kecemasan (startle reflex) sebagai respons akibat serangan mendadak tak terduga dan tak dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan emosional korban terancam. Berdasarkan pandangan kedua psikolog itu kita bisa mendeteksi apakah anak kita sudah mengalami kekerasan seksual atau tidak dengan mengamati gejala -- gejala pada perilaku anak -- anak kita. Namun banyak orang tua tidak mengetahui hal ini.
Karena itu pada kesempatan baik ini saya dengan senang hati ingin berbagi tentang cara mendeteksi dini kekerasan seksual pada anak berdasarkan modul pertemuan peningkatan kemampuan keluarga (P2K2) tentang Pencegahan dan Pelindungan Anak. Cara yang bisa kita pakai untuk mendeteksi dini kekerasan seksual pada anak yaitu dengan melihat dan mengamati gejala -- gejala pada gerakan -- gerakan berlebihan tak wajar yang dilakukan oleh anak -- anak, gejala -- gejala fisik, dan gejala -- gejala psikis.
1. Gerakan -- gerakan berlebihan tak wajar
Biasanya anak -- anak yang mengalami kekerasan seksual akan menunjukkan gerakan --gerakan sebagai berikut:
- Kedua bahu terangkat menutupi bahu.
- Kepala tertunduk ke dalam.
- Kedua tangan dan kaki menyimpul erat.
- Lutut tertekuk ke dalam.
- Tubuh menekuk.
- Mata berkedip -- kedip.
- Wajah pucat pasi.
2. Gejala - gejala fisik terjadinya kekerasan seksual
Anak -- anak yang mengalami kekerasan seksual biasanya menunjukan gejala -- gejala fisik sebagai berikut:
- Sakit jika memakai celana dalam, dan mengeluh kesulitan atau kesakitan saat buang air kecil atau besar.
- Cedera pada buah dada, paha, perut bagian bawah dan sekitar alat kelamin atau dubur.
- Memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding dan korban melawan (David Givens seorang peneliti bahasa tubuh).
- Rasa panas atau nyeri di area genital dan terasa sakit jika di sentuh.
- Cara jalan yang tak wajar dan agak mengangkang.
- Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak, dan kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek atau kancing yang lepas karena ditarik paksa.
- Cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam (joe Navarro seorang agen FbI spesialis komunikasi non- verbal).
3. Gejala - gejala psikis terjadinya kekerasan seksual
Anak -- anak yang mengalami kekerasan seksual biasanya menunjukan gejala -- gejala psikis sebagai berikut:
- Anak berubah ekspresi: pendiam, cemas, takut bertemu orang sehingga lebih banyak mengurung diri di kamar, takut ditinggalkan sendirian.
- Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam hari maupun saat di sekolahnya.
- Menunjukkan keluhan-keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, seperti pusing, sakit perut, atau masalah makan.
- Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau.
- Sulit konsentrasi, sehingga sulit belajar dan gelisah, sehingga tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
- Perilaku kemunduran seperti: mengisap ibu jari, kemunduran kemampuan bicara.
- Pada saat pelaku bertemu pelaku, secara refleks anak menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang tersimpan di sistem limbik di otak untuk menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat menyerang anak.
Jika kita menemukan gejala -- gejala seperti yang disebutkan di atas maka sebagai orang tua harus waspada dan segera memberikan dukungan pada anak dengan melakukan beberapa tindakan berikut ini:
1. Peluklah mereka erat-erat bahwa Anda sangat menyayangi mereka.