Lihat ke Halaman Asli

REDEMPTUS UKAT

Relawan Literasi

Habis Badai Terbitlah Pelita

Diperbarui: 12 April 2021   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pelita di kamar saya (dok. Pribadi)

Badai Seroja atau Badai Siklon Tropis Seroja sudah dipastikan bergerak menjauh meninggalkan wilayah Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, pada tanggal 9 April 2021 yang lalu. Namun puing - puing kehancuran yang disebabkan oleh Badai Seroja masih berserakan di wilayah - wilayah yang terdampak di Nusa Tenggara Timur.

Seperti yang diberitakan, badai ganas itu berhasil memporak - porandakan sebelas kabupaten dan kota yang ada di  Propinsi NTT. Kabupaten dan kota itu antara lain Kota Kupang, Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Alor, Sumba Timur, Rote Ndao, Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Ende. Akibatnya sebanyak 68 orang dinyatakan meninggal dunia, 15 orang luka - luka, 70 orang hilang dan 938 Kepala Keluarga mengungsi ke daerah - daerah yang aman. 

Badai juga menimbulkan kerugian materi  yang sangat besar. Di Kabupaten Malaka saja, banjir bandang merendam ratusan rumah warga di 26 desa di bantaran kali Benenai, mengakibatkan satu jembatan putus dan satu jembatan rusak parah. Sedangkan di Flores Timur, sebanyak 60 rumah terendam lumpur, 17 rumah hanyut terseret arus banjir, lima jembatan putus dan puluhan rumah terendam banjir. Itu belum termasuk kerugian materi yang dialami oleh warga di sembilan kabupaten yang lain.

Selain itu sejumlah gardu listrik juga ambruk diterpa Badai Seroja yang mengakibatkan mayoritas wilayah di NTT gelap. Sejak Kamis 1 April sampai Senin 5 April 2021 terdapat kurang lebih 3986 gardu rusak dari total 5596 gardu yang ada di NTT.

Di antara gardu - gardu listrik yang rusak, salah satunya adalah tower transmisi 70 kV di section Maulafa - Naibonat. Tower tersebut merupakan tulang punggung untuk menyalurkan aliran listrik ke Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Dengan rusaknya tower tersebut maka aliran listrik ke kabupaten - kabupaten tersebut juga mengalami kerusakan sehingga terjadi pemadaman listrik secara berkala selama perbaikan dan pembangunan tower kembali.

Sampai hari ini seluruh daratan Timor masih gelap gulita karena pemadaman listrik. Di Belu misalnya, pemadaman listrik dilakukan secara bergilir setiap satu hari sampai lima hari. Karena itu kini banyak warga di Belu mulai ramai - ramai membuat pelita sebagai alternatif penerang di malam hari.

Saya sendiri mengalaminya. Malam ini kami sedang berada dalam kegelapan di temani sebuah pelita sebagai penerang ruangan. Hal ini sudah kami alami sejak seminggu yang lalu. Durasi pemadaman listrik bisa terjadi setiap satu sampai lima hari. Itu pun tidak menentu padam siang hari atau malam hari. Akibatnya semua aktivitas yang membutuhkan listrik terhenti. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline