Lihat ke Halaman Asli

[FFA] Drek Si Anak Naga

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No Peserta: 341. RedCarra

Drek adalah seekor anak naga lucu dan pintar. Dia banyak akal dan selalu penuh ingin tahu akan hal-hal di sekitarnya. Ibunya sangat menyayanginya. Suatu ketika, Mak Daga, ibu Drek, menyuruhnya untuk mengantar roti dan kue-kue ke rumah Paman Dopi Beruang. "Drek, tolong antarkan roti dan kue ini ke rumah Paman Dopi Beruang, ya?" Mak Daga memberikan keranjang penuh berisi roti dan kue kepada Drek. Dari keranjang itu tercium bau roti dan kue yang enaaak sekali. Drek mengendus-endus dengan penuh minat. "Drek, itu untuk Paman Dopi ya? Sekarang tolong diantarkan, ya?" kata Mak Daga. "Baunya enak sekali, Mak," kata Drek. "Iya. Emak baru saja memasaknya untuk Paman Dopi. Dia memesannya karena akan ada pertemuan para binatang di rumahnya." "Buat Drek mana, Mak?" "Drek mau? Kalau Drek mau, nanti Emak bikinkan sendiri, ya?" "Asyiiik! Mau dong, Mak!" Mak Daga tersenyum. "Nanti, ya. Emak buatkan sendiri. Sekarang tolong antarkan keranjang itu untuk Paman Dopi, ya?" "Iya, Mak!" Maka berangkatlah Drek dengan membawa keranjang penuh berisi roti dan kue ke rumah Paman Dopi Beruang. Sepanjang perjalanan, hidungnya yang tajam mencium bau yang enak sekali dari arah keranjang yang dibawanya. Hmmmm, enak sekali baunya! Tapi Emak menyuruhku untuk mengantarkannya ke rumah Paman Dopi, dan Emak juga berpesan untuk tidak memakannya. Begitu pikir Drek. Jadi dia pun lalu meneruskan langkahnya ke arah rumah Paman Dopi. Tapi bau enak itu terus menari-nari menggelitik hidungnya. "Ah, kalau kuintip saja kan tak apa-apa kan, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Drek lantas berhenti sejenak. Disingkapkannya kain penutup keranjang sedikit untuk melihat isinya. Terlihatlah banyak roti dan kue yang ada di dalam keranjang. Semuanya masih hangat karena baru saja diangkat dari pemanggang dan kompor, dan baunya enakkkkk sekali. Drek hanya bisa memandanginya tanpa berani menyentuhnya. Berkali-kali dia mengingatkan pada diri sendiri untuk tidak memakannya, karena Emak berpesan begitu. Tiba-tiba ...Plop! Muncul sesosok naga kecil putih bersayap di samping kanannya. Dia punya seperti lingkaran di atas kepalanya. Matanya teduh dan mulutnya tersenyum manis. "Drek, jangan kaumakan roti dan kue itu. Karena Emak berpesan begitu. Roti dan kue itu kan untuk Paman Dopi," katanya masih tetap dengan tersenyum manis. Lalu... tiba-tiba... Plop! Muncul sesosok naga kecil lain. Tapi yang satu ini berwarna merah. Kepalanya bertanduk besar, dan taringnya juga besar menyembul di antara bibirnya. Matanya merah, semerah badannya. Dia membawa semacam tombak bergagang tiga. Seram sekali. Dia melayang di sebelah kiri Drek. "Hey, Drek! Sudahlah! Makan saja! Baunya enak, kan? Keliatannya lezat, kan? Kamu pengen, kan?" tanyanya pada Drek. Drek terkejut sekali. Matanya membelalak, menatap kedua sosok kecil yang melayang di kedua sisinya. Benaknya dipenuhi keheranan dan pertanyaan. Dari mana mereka muncul? Siapa mereka? Kok mereka tahu namaku ya? Drek gelagapan mendapat pertanyaan dari si Merah. "Oh. Eh, iya. Iya." "Kalau begitu, ya sudah! Makan saja! Enak sekali kelihatannya, kan?" "Jangan, Drek. Tadi Emak bilang kan jangan dimakan. Roti dan kue ini kan pesanan Paman Dopi," sahut si Putih. "Lho, tapi Emak kan tidak melihat kalau kita makan. Emak kan di rumah. Di sini tak ada yang lihat," jawab si Merah. Drek kebingungan. Dia menatap si Putih dan si Merah bergantian dengan perasaan kacau. "Mengambil yang bukan milikmu itu kan tak baik," kata si Putih. "Tapi tak ada yang lihat. Santai aja dong!" seru si Merah. "Tetap saja itu perbuatan yang tak baik. Tuhan tahu, lho." Drek makin bingung. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya, dan dua sosok naga kecil yang tadi ribut bertengkar sendiri itu menghilang dari sisi Drek. Ternyata yang menepuk bahunya adalah Paman Dopi Beruang. "Kamu sedang apa, Drek?" Paman Dopi bertanya dengan suaranya yang berat. Drek gugup. Keranjangnya jatuh ke tanah, tapi untunglah roti dan kuenya tak tumpah dan jatuh ke tanah. "Wah, apakah itu roti dan kue dari Emakmu?" tanya Paman Dopi. "Oh. Eh, iya, Paman. Aku disuruh mengantarkannya ke rumah Paman," jawab Drek. "Wah, kamu pintar sekali! Lalu kenapa kamu berhenti di sini?" "Eh, tidak kenapa-kenapa, Paman," Drek bingung harus menjawab apa. Paman Dopi Beruang tersenyum. "Kamu pengen ya?" Drek tersipu. Paman Dopi Beruang tertawa. "Ayo, rumah Paman sudah dekat. Selesaikan tugasmu, antarkan roti dan kue itu ke rumah Paman," ajak Paman Dopi. Mereka berdua lalu berjalan beriringan menuju rumah Paman Dopi. Hanya sekali belokan, mereka sudah sampai. "Sudah sampai, Paman. Ini roti dan kuenya yang dipesan," kata Derek sambil menyerahkan keranjang berisi roti dan kue tadi. Paman Dopi tersenyum. "Ayo, masuklah dulu. Paman punya sesuatu untukmu." Drek lalu mengikuti Paman Dopi masuk ke dalam rumah. Dia berdiri di ruang depan sambil memandang ke seluruh ruangan. Rumah Paman Dopi besar sekali, berbeda dengan rumahnya. Tapi biar rumahnya kecil tapi bersih dan rapi, karena Emak selalu rajin bersih-bersih. Dibantu Drek tentunya. Paman Dopi sudah kembali dari dapur tempat dia menyimpan roti dan kuenya. "Ini keranjangnya," katanya sambil mengulurkan keranjang yang tadi dibawa Drek. Lalu dia membisiki Drek, "Sttt, di dalamnya ada sesuatu yang pasti kamu suka." Drek tersenyum senang dan segera pamit kepada Paman Dopi. Dia pun pulang dengan riang. Di jalan, disingkapkannya kain yang menutupi keranjang. Dan... lihat!! Ada dua bongkah besar roti yang sejak tadi menggoda hidungnya dengan bau yang enak sekali, dan masih ditambah satu bungkus es krim! Ada catatannya juga, ternyata dari Paman Dopi. Dibacanya kertas kecil yang diselipkan di bawah tutup keranjang. "Terima kasih sudah mengantarkan roti dan kue dengan utuh. Lebih enak roti pemberian kan, daripada roti yang kamu ambil tanpa ijin?" Drek tersenyum senang, lalu dia melanjutkan perjalanannya pulang sambil menikmati roti dan es krimnya.

—— Selesai ——

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community . Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline