Lihat ke Halaman Asli

Nasib Tiga Partai Pelengkap di Pilkada DKI

Diperbarui: 20 September 2016   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak dari waktu menyatakan diri maju melalui jalur independen, Ahok telah mendapatkan dukungan dari Partai Nasdem dan Hanura. Dua partai tersebut siap pasang badan dari awal mendukung Ahok untuk kembali menjabat Gubernur DKI Jakarta. Setelah Golkar bergabung dalam koalisi, Ahok pun menyatakan diri maju dari melalui jalur partai.

Jumlah kursi gabungan tiga partai ini pun sudah mencukupi untuk pencalonan. Hanura memiliki 10 kursi, Golkar sembilan kursi dan Nasdem lima kursi. Total 24 kursi. Artinya sudah melebih batas minimal kursi untuk pencalonan yakni 21 kursi. Koalisi ini akan dibantu oleh Teman Ahok yang legowo atas keputusan Ahok untuk maju lewat partai. Walau kerja keras mereka seakan sia-sia.

Koalisi tersebut juga telah mempersiapkan ketua tim pemenangan beserta dengan posko mereka. Artinya mereka telah siap secara strategi, tim pemenangan maupun materi. Artinya tinggal menunggu bel berbunyi mereka akan langsung bergerak. Namun, mereka masih menunggu sang pemenang pemilu 2014, yakni PDI Perjuangan. Sebagai partai pemenang dan sedang berkuasa saat ini, tentu PDI P punya pengaruh besar terhadap hasil Pilkada DKI Jakarta.

Jika PDI P menjadi pengusung tunggal Ahok-Djarot di Pilkada DKI, lalu ketiga partai ini sebagai apa ?. Sekedar partai pendukung semata ? atau hanya pijakan saat posisi Ahok belum aman ?. Memang tergantung partai tersebut menghargai diri mereka sendiri. Mereka yang dari awal berdarah-darah mendukung dan membela Ahok, kini harus menjadi anak tiri.

Tidak ada yang menyalahi aturan. Tapi apakah ketiga partai ini tidak menghargai kerja kader mereka dalam berjuang merebut hati rakyat. Minimal dengan memberikan porsi sama-sama partai pengusung, bukan hanya sekedar pendukung semata. Ketiga partai ini juga tidak mengharapkan lebih kok, misal kader mereka yang menjadi Cawagub mendampingi Ahok.

Jika petinggi partai tidak menghargai partai mereka sendiri, bagaimana kader mereka sendiri nantinya. Harusnya para petinggi ketiga Parpol lebih punya posisi tawar terhadap Ahok ataupun PDI P.

Kita juga tidak bisa menyalahkan PDI P, karena mereka tanpa koalisi pun bisa mengusung kandidat sendiri. Dan wajar ego seorang pemenang menentukan sikapnya, apakah mau menjadi pengusung tunggal ataupun bersama-sama. Tapi saya yakin PDI P bukan partai yang anti musyawarah, tergantung bagaimana tiga Parpol lain ataupun Ahok memberikan pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline