Lihat ke Halaman Asli

Baru di Dua Satu

Diperbarui: 23 Mei 2016   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Momentum hadir dan dirayakan bersama,
Semua menginginkannya tidak terkecuali para pengharap yang duduk manis menunggu senja.
Kadang kita lupa semesta selalu siap sedia menyiapkan segalanya.
Ketika momen itu tiba, seluruh alam raya turut bahagia; sorak sorai bak semesta hanya milik si empunya hari bahagia.

Prosesi sederhana,
Kejutan tak disangka.
Terkadang, perlu menyepi dengan semesta;
Biar lebih memaknai apa yang telah dilewatkan sampai beranjak dewasa,
Biar lebih memaknai usia, tua, dan bijaksana seharusnya berjalan bersama.

Hanya ditemani semesta,
Lalu bersyukur karena telah diberi segalanya,
Ditumbuhkan harap untuk menatap angan di ujung sana,
Meniti langkah demi langkah untuk mencapainya tanpa harus lupa mensyukurinya

Datanglah si yang paling tabah: Hujan Bulan Juni
Menginginkan hal sederhana namun berarti,
Dibalut sajak-sajak dan puisi,
Ia berlari-lari sesudah itu berhenti sambil membaca mantra: Yang fana adalah waktu, kita abadi.

Orang-orang digagalkan rencananya,
Tanpa menyerah merapalkan doa agar berbahagia.
Ia datang dengan setengah putus asa
Ia lupa kalau hadirnya selalu jujur tanpa sandiwara

Keluarga-keluarga kecil tertawa
Berkumpul tanpa sekat apa-apa,
Ketika akhirnya nyawa dan semesta berharap bahagia

Kemudian puluhan lilin dinyalakan,
Aku dibakar bersama nyala api kesalahan,

Kata Nietzche:
bagaimana bisa menjadi Baru tanpa terlebih dahulu menjadi Abu?

Lalu..
Menjadi baru
 di angka dua satu.

----Terimakasih untuk siapapun yang menjadi bagian dari proses menuju dua satu,
siapapun yang menjadi saksi kelahiran baru---

Sleman, 22 Mei 2016
R




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline