Lihat ke Halaman Asli

Menulis Atasi Depresi dan Melatih Keseimbangan

Diperbarui: 19 November 2015   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ada banyak manfaat yang dapat diraih melalui kegiatan menulis, selain digunakan sebagai media dalam penyampaian suatu pemikiran maupun informasi ternyata menulis juga bermanfaat sebagai terapi mengatasi perasaan tertekan atau stres.

Rasa cemas maupun depresi tentu sudah menjadi bagian tersendiri bagi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat kota yang sering berhadapan dengan berbagai aktivitas di lingkungan yang padat.

Menurut salah seorang guru besar psikologi University of Texas, James W. Pennebaker, menulis memiliki tiga manfaat :

  1. Menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh,
  2. Bercerita melalui tulisan dapat menyelesaikan masalah psikis
  3. Menulis sebagai katarsis (pelepasan emosi/ ketegangan)

Hal ini ternyata terbukti melalui sebuah karya berjudul Habibie & Ainun yang ditulis oleh B.J. Habibie setelah wafatnya Ainun isteri yang sangat ia cintai. Saat merasakan kehilangan yang begitu besar beliau diberikan empat saran sebagai langkah pencegahan depresi yang terus berkelanjutan, yaitu dirawat di rumah sakit jiwa, dirawat di rumah dengan bantuan tim dokter, curhat kepada orang yang dekat kepada Habibie dan Ainun, dan saran yang keempat adalah menulis. Habibie memilih saran yang keempat dan perlahan ia kembali bangkit dari keterpurukannya.

Hal ini juga dapat menjadi alasan mengapa para pengguna sosial media suka berkeluh kesah melalui akun yang dimilikinya, meskipun hal tersebut memiliki dampak yang kurang baik karena mengumbar masalah pribadi kepada masyarakat luas. Sebagian orang menganggap hal tersebut membuat dirinya merasa bebas berekspresi dengan menulis apapun sesukanya, seperti halnya menulis buku harian. Padahal kebiasaan tersebut lebih banyak memiliki dampak negatif yang berkelanjutan.

Manfaat lainnya yang dapat diraih dari kegiatan menulis yaitu dapat melatih keseimbangan antara otak kanan dan kiri, khususnya pada penulisan fiksi. Secara ringkas dinyatakan bahwa masing-masing bagian otak memiliki fungsi yang berbeda, otak kanan berfungsi dalam perkembangan emosional dan otak kiri berfungsi dalam perkembangan intelektual.

Otak kanan identik dengan kreativitas, imajinasi, musik, warna, serta sesuatu yang tidak terstruktur dan tidak mendetail. Sedangkan otak kiri berhubungan dengan rasionalitas seperti angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, logika, analitis, matematis, sistematis, dan terstruktur tahap demi tahap.

Karena itu kedua fungsi otak tersebut dapat saling bekerja sama ketika menulis fiksi, melalui proses penggabungan antara kreativitas dan imajinasi dengan kemampuan menyusun imajinasi tersebut sesuai alur yang terstruktur.

 

Referensi :

(tempo.co)

(bipolarcenterindonesia.blogspot)

(odishalahuddin.wordpress)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline