Jakarta adalah salah satu kota terbesar. Dengan luas daratan 661,52 km2 dan luas perairan lebih dari 7600 km2 serta berpenduduk lebih dari 11. Jt jiwa. Jakarta menjadi kota yang sangat padat, belum lagi banyak pekerja dari Luar daerah jakarta yang bekerja di daerah ibu kota indonesia ini.
Data penjualan mobil pribadi pun menjadi suatu yang sangat mencengangkan, bagaimana tidak, setiap bulannya, penjualan mobil pribadi selalu menunjukan angka kenaikan, mudahnya memiliki mobil pribadi dengan dp dan cicilan murah serta banyaknya mobil yang dijual dengan harga murah pun menjadi suatu yang berkaitan dengan hal kemacetan. Tidak. Adanya pelebaran jalan dan jika ada pun, lamanya pengerjaan pembangunan infrastruktur jalan raya atau jalan layang, menurutku semakin membuat kemacetan di ibu kota jakarta.
Jadi apakah harus menerobos kemacetan untuk tanggung jawab sebagai pekerja ??
Tentu hal ini yang sering menjadi polemik di dunia pekerja atau mereka yang sedang menitih karier di ibu kota. Karena tidak sedikit dari mereka ( orang yang berpendapat bahwa, kalau mau sukses, kalian harus bekerja dijakarta ).
Dan ini yang harus kita sadari dalam opini atau pandangan kita terhadap Kemacetan.
Menurutku, kemacetan bukan hanya ada di Jakarta saja, diKota besar lain juga ada, di kota-kota negara besar pun ada.
Jadi, apa harus menyalahkan kemacetan? Menyalahkan pemerintah? Menyalahkan orang lain yang membeli kendaraan secara kredit? menyalahkan orang orang kaya kaya yang memiliki mobil lebih dari satu unit ? Menyalahkan produsen kendaraan yang menjual product kendaraannya dengan bunga kecil, dp murah dan cicilan ringan???.
Aku rasa ini sebuah kesalahan pendapat, jika ada yang berpikir seperti itu. Ini lumrah terjadi menurutku.
Menurutku, ini masalah kesadaran diri masing masing individu, sudah tau macet masih pakai kendaraan pribadi. Sudah tau macet tapi tidak patuh pada peraturan, seenaknya saja dalam berkendara.