Lihat ke Halaman Asli

Reana Ramadhani

Public Health Undergraduate Student UA'23

Kesibukan Mahasiswa pada Kuliah dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa

Diperbarui: 20 Juni 2024   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa baru adalah seseorang yang pindah ke perguruan tinggi setelah menyelesaikan sekolah menengah atas atau studi sederajat. Perubahan sistem pendidikan dan lingkungan sekitar akan dirasakan oleh mahasiswa baru. Saat melewati masa penyesuaian ini, belum tentu setiap mahasiswa baru mempunyai pengalaman yang sama. Sulit untuk menghadapi beban akademik yang lebih besar di perguruan tinggi dengan teman-teman baru dan guru yang mengajar. Pendidikan tinggi merupakan komponen pendidikan tinggi yang sangat penting sesuai dengan kebutuhannya. Berbeda dengan sistem pendidikan pada tahap sebelumnya, sistem pendidikan tinggi rumit yang akan diikuti mahasiswa baru tentunya berbeda. Oleh karena itu, siswa harus bersiap menghadapi segala akibat yang akan dihadapinya. 

Dunia perkuliahan menjadi fase transisi penting dalam kehidupan seseorang. Dari sanalah mahasiswa mempersiapkan diri menuju dunia profesional dan mencari identitas mereka sebagai individu dewasa. Kesibukan yang melingkupi kehidupan mahasiswa, mulai dari tuntutan akademik, kegiatan ekstrakurikuler, hingga tekanan sosial, seringkali membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental mereka. Tidak jarang, kesibukan tersebut berpotensi memicu stres, kecemasan, hingga gangguan kesehatan mental lainnya. Kesibukan dalam konteks akademik bisa berupa tumpukan tugas, ujian, presentasi, serta deadline yang berdekatan. Menurut sejumlah penelitian, tuntutan akademik merupakan salah satu penyebab utama stres di kalangan mahasiswa. Stres ini muncul ketika mahasiswa merasa kesulitan dalam mengatur waktu dan membagi perhatian antara tugas-tugas akademik dan kehidupan sosial. Stres berkepanjangan tanpa penanganan yang tepat dapat memicu gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan. 

Selain itu, kesibukan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi kemahasiswaan juga mempengaruhi kesehatan mental. Meski kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan soft skill dan memperluas jejaring, namun tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbebani dengan tanggung jawab yang mereka emban. Mereka berjuang untuk mencapai ekspektasi dan standar yang ditetapkan oleh organisasi tersebut, sambil tetap menjalani kehidupan akademik. Tekanan sosial menjadi aspek lain yang sering diabaikan. Di era media sosial saat ini, mahasiswa kerap kali merasa perlu untuk selalu "terlihat baik". Kehidupan sosial yang dinamis, kompetisi, serta ekspektasi untuk selalu tampil sempurna dapat meningkatkan rasa cemas dan ketidakpuasan diri. Mahasiswa yang terlalu sibuk berkompetisi dan membandingkan diri dengan orang lain cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih rendah. 

Dalam jangka panjang, dampak kesibukan ini bukan hanya terbatas pada stres dan kecemasan. Beberapa mahasiswa mungkin mengembangkan pola tidur yang tidak sehat, mengalami gangguan makan, atau bahkan memulai perilaku berisiko seperti konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang sebagai bentuk pelarian atau penenang diri. Namun, ada sisi positif dari kesibukan mahasiswa jika dikelola dengan baik. Kesibukan dapat menjadi sumber motivasi untuk lebih berprestasi dan mengembangkan diri. Dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan sosial yang kuat, mahasiswa dapat menjalani kesibukan dengan seimbang, sehingga kesehatan mental tetap terjaga. Diharapkan mahasiswa lebih mampu untuk mengontrol stress nya dan juga untuk healing diri nya agar stress nya dapat berkurang serta bagi yang belum mengikuti organisasi mungkin dapat mencoba untuk ikut organisasi atau lebih banyak beraktivitas lagi agar tidak jenuh sehingga dapat menimbulkan stress. 

Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan tinggi untuk memberikan dukungan kepada mahasiswa. Layanan konseling, workshop manajemen waktu, serta program pendidikan kesehatan mental dapat membantu mahasiswa memahami dan mengatasi tekanan yang mereka hadapi. Teman-teman, dosen, dan keluarga juga memegang peran penting dalam memberikan dukungan emosional. Kesimpulannya, kesibukan yang dialami mahasiswa memang tak terelakkan, namun pengaruhnya terhadap kesehatan mental dapat dikurangi dengan pemahaman, kesadaran, dan dukungan yang tepat. Sebagai bagian dari masyarakat, kita harus lebih peka terhadap isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat baik secara fisik maupun mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline