Lihat ke Halaman Asli

Reza Paradisa

Pemulung Waktu Luang

"Korban" Corona dan Stigma Negatifnya

Diperbarui: 19 Maret 2020   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar dari KompasTV

Mulai awal tahun 2020 dunia diguncangkan dengan kabar munculnya wabah virus baru yang cukup meresahkan dunia karena penyebarannya yang begitu cepat dan "mematikan". Kabarnya penyebarannya telah menginjak angka 170.000 (kemungkinan masih akan terus bertambah) orang di seluruh dunia yang sudah terkonfirmasi positif terjangkit Virus Corona. Angka yang cukup fantastis mengingat hanya dalam waktu  (-+) 3 bulan sejak awal tahun 2020 penyebarannya sudah sangat mendunia, dan bahkan saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menaikkan status Virus Corona menjadi Pandemi.

Dr. Tedros Adhanom selaku Direktur Jenderal baru WHO mengatakan, "Pandemi bukanlah kata yang digunakan untuk sesuatu hal yang ringan atau sembrono,.....". Artinya dalam pandangan WHO dalam kasus Virus Corona baru ini sudah menginjak level yang sangat membahayakan dan mengancam keselamatan dunia. Virus Corona baru ini telah diberi nama resmi Covid-19 oleh WHO sebelum statusnya dinaikkan menjadi Pandemi.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Pada tanggal 2 Maret 2020, akhirnya Pemerintah mengumumkan kasus pertama yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia (Meski virus ini sudah memiliki nama resminya, nampaknya masyarakat Indonesia lebih familier dengan istilah Corona dari pada Covid-19).

Panik.

Sejak kemunculan pertama sampai dengan penyebarannya yang luas, barangkali memang virus ini berhasil menciptakan kepanikan di seluruh dunia khusunya di seluruh negara terjangkit tanpa terkecuali di Indonesia. Sejak pengumuman kasus positif pertamanya, terjadi panic buying di beberapa kota tempat korban terjangkit. Bagaimana masyarakat berbondong-bondong keperluan bahan-bahan pokok di supermarket dan bahkan sampai yang paling ekstrim adalah menjadi langkanya masker dan melangitnya harga masker karena semua orang memburunya.

Tak berhenti sampai di situ, kemunculan stigma negatif yang masif di masyarakat terhadap para korban Virus Corona pun turut meresahkan. Bagaimana tidak? saya ingat betul ketika kasus positif pertama yang menyerang seorang Ibu dan Anaknya di Depok. Sontak ini menghebohkan, identitas para korban dicari-cari, bahkan sampai rumahnya didatangi dan diburu seakan para korban ini adalah pelaku kejahatan yang harus segera dihukum mati hanya karena mereka terjangkit Virus Corona.

Akhirnya, virus corona ini seakan menjadi sebuah aib yang sangat besar seperti melebihi aib manapun. Yang ditakutkan adalah justru orang-orang menjadi takut memeriksakan dirinya ketika terjadi gejala-gejala. Orang-orang menjadi lebih menutup diri karena takut dirinya benar-benar terjangkit dan tidak ingin melapor. Dia tetap melakukan banyak aktivitas seperti biasanya dengan membawa virus ke mana-mana. Jadi, manakah yang lebih berbahaya?

Sebenarnya, bukan karena virus pertamanya yang terkonfimasi positif yang membuat saya panik dan was-was. Tetapi karena reaksi dan efek yang timbul setelahnya lah yang justru membuat saya panik. Reaksi kepanikan yang membuat panik, efek ketakutannya yang membuat was-was, dan bahkan indikasi surutnya rasa kemanusiaan lah yang lebih berbahaya.

Kabar baiknya, pada Senin (16/03/2020) Pasien 01, 02, dan 03 telah dinyatakan sembuh dan sehat oleh Juru Bicara Pemerintah Khusus Covid-19. Kemudian mempersilahkan ketiganya untuk berbicara dan bercerita di depan publik dan barangkali pernyataan mereka cukup menampar kita semua. 

Salah satunya poinnya, "Kami menghimbau kepada semuanya untuk mendukung secara moral pasien yang terjangkit", "untuk orang -orang di luar jangan menghakimi pasien yang positif terjangkit Covid-19 ini dengan berbagai stigma negatif, karena pasien akan menjadi korban dua kali". Maksudnya, pasien akan menjadi korban Virus Corona dan menjadi korban perampasan moral oleh publik. Menyedihkan sekali bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline