Lihat ke Halaman Asli

Reza Paradisa

Pemulung Waktu Luang

Menulislah Apa yang Ada dalam Pikiranmu, Bukan Apa yang Orang Lain Pikirkan

Diperbarui: 13 Desember 2019   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di salah satu dinding ruang belajar kami, terbentang dengan gagah sebuah spanduk bertuliskan "Membacalah maka duniamu akan terbaca. Menulislah maka duniamu akan menulismu". Penulis tahu, itu adalah wejangan kakek yang barangkali sejak kecil sudah melekat dalam memori ingatan  penulis. Sayang, spanduk itu tak lagi bertakhta dalam ruangan itu.

 Dua hal dasar yang membedakan manusia dengan hewan adalah bahwa manusia memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa. Menulis adalah kemampuan berbahasa dalam level tertinggi setelah melewati tiga tahapan mendengar, berbicara, dan membaca. Manusia bisa mendengar karena terbiasa mendengar, dari tahap inilah lahir kemampuan berbicara. Manusia mampu membaca karena terbiasa mendengar dan berbicara, seharusnya setelah tahap inilah menusia bisa mencapai level tertinggi dalam berbahasanya. Seperti halnya berbicara, untuk bisa menulis maka manusia harus mulai membiasakan diri untuk menulis.

Satu hal dasar lain yang sangat berharga dalam diri manusia adalah kemampuan akal berfikirnya. Imam Syafi'i dalam syairnya mengatakan "tanah yang mengandung emas akan seperti tanah biasa jika emas itu tetap berada di dalam tanah", maka tanah itu haruslah dikelola terlebih dahulu agar dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai emas. begitulah kiranya penulis menggambarkan sesuatu yang sangat berharga dalam diri manusia. 

Otak manusia ibaratkan emas yang terkandung di dalam tanah, ia akan menjadi sesuatu yang bernilai emas jika gagasan pikiran dalam otaknya dapat dikelola dengan baik menjadi sebuah tulisan. Otak pikiran manusia memang sangat berharga, maka menulislah untuk membuktikan bahwa ada sesuatu yang sangat berharga dalam otak manusia.

Abah (bapak) selalu mengatakan dan juga tertulis dalam deskripsi profil blognya bahwa "menulis artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya". Akhirnya perihal menulis, penulis merasa bahwa menulis adalah suatu kebutuhan, bukan keterampilan ataupun kemampuan. Meskipun pada tahapan-tahapan selanjutnya menulis tetap membutuhkan keterampilan. Kita menulis karena kita butuh mengabarkan sesuatu kepada orang lain.

Masih teringat betul semasa Aliyah dulu, Pak Masrokhin pernah mengajarkan mengenai penunjukkan suatu lafadz yang salah satunya adalah mafhum dalam pembahasan materi Ushul Fiqh. Secara sederhana mafhum artinya adalah pemahaman, ada yang disebut mafhum muwafaqah yang berarti pemahaman tersirat dan ada juga mafhum mukholafah yang berarti pemahaman terbalik. 

Seringkali teman-teman mengeluh, katanya mereka tidak percaya diri untuk menulis karena takut dibaca orang lain. "Menulislah apa yang ada dalam pikiranmu, bukan apa yang orang lain pikirkan". Pemahaman tersiratnya adalah bahwa kita hanya bisa menulis ada yang ada dalam pikiran kita. Sedangkan pemahaman terbaliknya adalah bahwa kita tidak mungkin menulis apa yang ada dalam pikiran orang lain atau bahkan apa yang sedang orang lain pikirkan. Karena perihal menulis adalah perihal memuaskan diri sendiri yang utama, bukan memuaskan orang lain. Seorang sahabat pernah memberi sebuah sajak, "percayalah satu peluru dalam senapan hanya bisa menembus satu kepala, namun dengan sebuah tulisan bisa menembus jutaan kepala".

Menulislah agar kemampuan berbahasamu berada dalam level tertinggi, karena daya literasimu akan semakin kuat. Jangan hanya berbicara yang hanya mengandalkan daya orasi. Menulislah agar otakmu berharga, karena ada sesuatu yang bernilai emas dalam pikiranmu. Menulislah karena kita butuh mengabarkan sesuatu yang sangat berharga kepada orang lain. 

(Baca Juga : Menulis Mudah Ala Generasi Milenial, Begini Caranya!)

-Reza Paradisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline