Lihat ke Halaman Asli

Catatan Kaki Bagian 5

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Berguna

Ketika banyak yang bertanya,’Apa arti hidup menurutmu?’, saya hanya diam dan berpikir. Mungkin banyak orang enggan menjawab, atau berbicara sekenanya. Alm.  Suzzana, di akhir film “Malam Satu Suro”—atau mungkin “Kuntilanak? Saya merasa semua filmnya sama—dengan bijak mengatakan pada laki-laki kecil yang menjadi anaknya,”Jadilah anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.”

Saya kaget. Mengapa ada kalimat bijak seperti itu di sebuah film horor? Karena masih kecil ketika menonton itu, saya abaikan saja. Toh, guru-guru dan bahkan lagu-lagu kebangsaan selalu mengungkit-ungkit hal itu. Kemudian, suatu ketika di umur ke dua puluh, saya terpaku juga mengingat kata-kata itu. Menjadi berguna. Apakah itu tujuan hidup manusia? Menjadi berguna?

Kalau ya, pertanyaan saya (yang bodoh ini) adalah; Apa yang dimaksud dengan menjadi berguna?

Karena saya hanya punya kamus bahasa Inggris, maka saya cari artinya dalam bahasa tersebut. Berguna atau useful dalam kamus Oxford dikatakan sebagai ‘something/somebody that can help you to do or to achieve what you want.’ Artinya, berguna adalah sesuatu atau seseorang yang bisa membantu dalam melakukan atau mencapai apa yang diinginkan. Nah, sekarang menyempit ke pertanyaan yang lebih personal lagi; Apa yang kalian inginkan?

Jawaban yang paling banyak adalah; Menjadi dokter! Menjadi Guru! Menjadi Pilot! Astronot! Artis... dan lain-lain.

Saya tanya kembali,apakah menjadi dokter, guru, pilot dan astronot itu adalah hal yang berguna?

“Tentu saja!” Dalam hati Anda pasti menjawab demikian. Dengan lantang pula. Siapa yang tidak mau menjadi dokter yang bisa menyembuhkan pasien? Atau menjadi guru yang mencerdaskan manusia sehingga menjadi beradab?

Tapi, jika—saya berkata jika—salah satu atau salah tiga diantara kalian yang berkata,”Saya ingin menjadi tukang sampah” atau”Saya ingin menjadi pengemis saja” atau “Saya ingin menjadi pelacur. Kerja gampang, dapat uang banyak.”

Nahlo, apakah yang mereka inginkan itu berguna? Saya akan telaah dulu karena tak ingin sekedar menjawab ya, atau tidak.

Menjadi tukang sampah, mengangkut sampah ke tempat yang seharusnya. Entah sampah tu akan didaur ulang, dijual, atau dibiarkan begitu saja. Tentu itu hal yang berguna. Memangnya kalian mau mengurusi sampahrumah tangga begitu saja? Ada banyak pekerjaan yang harus kalian lakukan, bukan? Tukang sampah membantu masyarakat untuk membersihkan lingkungan. Merekalah pahlawan kita. Tanpanya, kota akan kotor, gang sempit makin kumuh dan tak ada yang mau lagi tinggal di dunia ini karena banyak sampah-sampah bau.

Nah, mari kita ke jawaban kedua: menjadi pengemis. Ada-ada saja cerita yang masuk ke telinga saya bahwa banyak pengemis bukanlah pengemis (kecuali masyarakat Tianyar-Karangasem,Bali yang harus mengemis karena adat). Maksud saya, orang yang berpura-pura menjadi pengemis dan mendapatkan rupiah dari rasa iba. Bahkan ada yang (ternyata) memiliki rumah yang mewah berkat mengemis. Duh!

Kalau begini ceritanya, bagaimana nasib pengemis betulan? Ia saja tidak punya lahan bekerja, sekarang lahan yang bahkan bukan pekerjaan dilahap pula oleh orang-orang bejat itu! Jahat sekali! Pengemis—saya bicara pengemis betulan—memiliki hal paling sedikit daripada kebanyakan orang. Saya sempat melihat yang asli pengemis meminta-minta di jalan dan saya sempatkan melempar ribuan ke dekatnya. Waktu itu saya masih SD dan rajin membawa UUD 1945. Di sana, pasal 34 menyatakan bahwa; Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Yang saya pikir adalah Presiden akan memberikan uang pada setiap pengemis supaya mereka bisa makan. Itu pemikiran anak SD saya. Lalu ada Baliho yang mengatakan jangan memberikan apapun kepada pengemis. Itu baliho dari pemerintah. Saya bingung, saya ngasi salah. Membiarkan pemerintah mengurusi—apalagi Negara, saya tidak percaya. Bukannya saya mau berpanjang lebar, tapi apakah kalian melihat apa yang saya maksud?

Mengemis memang tidak bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang berguna, dalam hal ini berguna dalam konteks ‘berguna bagi masyarakat di sekitarnya’  sekaligus sesuai dengan pengertian ‘berguna’ di atas. Tapi, dari sisi moral, pengemis merupakan cerminan yang sangat berguna bagi kita bahwa ada yang lebih tidak bisa makan daripada kita. Jika kita terlalu berfoya-foya, pikirkanlah bagaimana jadinya uang yang kita punya sama dengan pengemis? Uang yang bisa kita sisihkan untuk orang papa biasanya kita buang untuk membeli useless thing karena lapar mata. Jadi, pengemis membuat kita bersyukur akan apa yang kita punya karena sebenarnya, dia yang lebih tidak punya ketimbang kita.

Sekarang, mari kita diskusikan pertanyaan terakhir; apakah menjadi peacur itu berguna?

Sepengetahuan saya, pelacur itu ada karena ada yang membutuhkan yaitu pria hidung belang. Seperti halnya barang yang tersedia karena ada konsumen. Tak boleh menyalahkan pelacur! Tak ada yang salah dalam hal keberadaan mereka karena jika berkata soal salah, pria hidung belang juga dianggap salah. Karena membuat pelacur itu ada.

Benar ‘kan?

Tapi, orang butuh makan dan gadis-gadis yang tak punya keahlian jatuh pada pilihan untuk melacur. Sementara karena pria suka tantangan—terutama yang buaya—maka ia mencari pelacur. Tapi, tak hanya karena pria itu buaya makanya mencari pelacur. Ada juga yang mengalami depresi, atau mungkin gagal dalam rumah tangganya. Kondisi itu yang membuatnya di posisi yang tak salah dan tak juga benar.

Jadi, menurut kalian, apakah pelacur itu berguna? Menurut pengertian sebelumnya—yaitu berguna adalah sesuatu atau seseorang yang membantu untuk mencapai apa yang diinginkan—pelacur itu berguna. Bukankah pelacur membantu pria mendapatkan apa yang dia inginkan? (maksud saya, cinta semalam).

Nah, bingung bukan?

Saya juga bingung. Sebenarnya esensi berguna sebenarnya apa?

Mari saya perjelas, sesuai dengan otak saya yang lumayan dalam ini. Ambil saja semua pemikiran sebagai hal yang sederhana, jangan dirumitkan. Karena jika dirumitkan, saya takut saya harus mengulang apa yang saya akan beritahukan.

Berguna, memang, adalah sesuatu atau seseorang yang membantu kita dalam mencapai apapun yang kita inginkan. Dokter membantu pasien untuk mencapai kesembuhannya, guru menolong muridnya untuk keluar dari kebodohan, tukang sampah membantu masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan mengangkut sampah ke tempat seharusnya (terserah mau diapakan). Pelacur membantu pria hidung belang untuk keluar dari malam yang sendirian.

Namun, menjadi pengemis tidaklah berguna dalam konteks demikian. Dia menjadi berguna jika dilihat dari sisi lain;moral. Kita berkaca pada orang kecil—dan harus karena jika tidak, kalian akan menjadi manusia tanpa hati yang haya tahu bahwa uang akan selalu ada untuk kalian tanpa tahu susahnya cari uang.  Kita seharusnya bersyukur memiliki orang kecil dan papa, karena tanpanya, hidup tak akan seimbang. Apa jadinya jika semua penduduk dunia kaya? Mungkin mereka akan saling menyerang seperti Zombie Apocalypse.

Menjadi berguna memang sulit. Saya tidak menyalahkan pengertian di kamus Oxford, karena itu benar! Tapi, ada hal lain selain ‘menjadi orang yang membantu orang lain dalam mencapai sesuatu’ tapi juga ‘menjadi orang yang dapat dijadikan cerminan batas hidup dan menginspirasi orang’. Jangan salah, pengemis itu ada juga yang mengispirasi! Bill Ray Harris itu pengemis yang kaya karena dia jujur, mau mengembalikan cincin berlian milik Nyonya Darling. Dan (tolong catat) dia kaya mendadak gara-gara perbuatannya.

Tidak cukup sampai di situ, menjadi berguna juga harus dalam konteks yang positif. Jadi, tolong dipisahkan antara berguna dengan menjadi guru dan pelacur. Jangan sekali-sekali menjadi pelacur karena kebergunaanya berdampak negatif. Lagipula, menjadi berguna bukan satu-satunya tujuan hidup ‘kan? Ada masih banyak lagi pekerjaan yang harus kalian lakukan,  betul?

Ambillah buah-buah yang pantas diingat di memori kalian. Jika tidak berkenan, jangan dibaca lagi tulisan ngawur saya ini. Saya hanya ingin berbagi apa yang saya pikirkan. Saya tak berharap semua orang setuju dengan apa yang saya tulis di sini. Semoga berguna!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline