Lihat ke Halaman Asli

Rionanda Dhamma Putra

Ingin tahu banyak hal.

Polarisator Isu Lingkungan Terparah Saat Ini

Diperbarui: 26 Januari 2020   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: qz.com

Kini, dunia sedang diguncang oleh seorang remaja putri. Beliau terkenal dengan pertanyaannya yang menusuk para pemimpin dunia, "How dare you?!" Begitu menarik, sampai pertanyaan ini menjadi objek meme di internet. Begitu menusuk dan berani, sampai Beliau diangkat sebagai Time Person of the Year 2019. Sudah ketebak kan siapa dia? Iya, Beliau adalah Greta Thunberg.

Gadis Swedia ini adalah seorang aktivis lingkungan yang sedang hype. Beliau adalah pencetus dari gerakan School Strike 4 Climate (SS4C). Dari Swedia, gerakan ini viral dan menyebar ke seluruh dunia. Termasuk ke Indonesia.

Pada September 2019, Greenpeace dan 50 komunitas peduli lingkungan lainnya melaksanakan aksi Climate Strike sebagai respon terhadap kerusakan lingkungan (Alfarizi dalam tekno.tempo.co, 2019).

Aksi mogok sekolah untuk menyelamatkan iklim bumi? Arrant nonsense. Menurut penulis, peserta didik justru harus belajar dengan giat di sekolah untuk menjadi agen perubahan. Be change makers, not strikers. Sehingga, setelah mereka lulus, alumni ini akan menjadi anggota masyarakat yang memulai peyelamatan lingkungan dari dirinya sendiri. Bukan dengan mengungkit-ungkit kesalahan pihak lain di luar diri mereka.

Selain melakukan aksi mogok, Thunberg dan remaja-remaja lain juga hadir di berbagai konferensi tingkat tinggi dunia. Salah satu yang paling disorot adalah kehadirannya di UN Climate Summit tahun kemarin. Pada kesempatan itu, Thunberg melancarkan sebuah serangan emosional kepada para pemimpin dunia. Dengan raut wajah dan ekspresi yang dirundung amarah, kesedihan, serta ketakutan, Beliau mengatakan demikian (Gajanan dalam time.com, 2020):

How dare you? You have stolen my dreams and my childhood with your empty words, and yet, I'm one of the lucky ones. People are suffering. People are dying. Entire ecosystems are collapsing. We are in the beginning of a mass extinction and all you can talk about is money and fairy tales of eternal economic growth. How dare you?" 

Ketika kebanyakan kaum muda dunia bersimpati dengan pernyataan ini, penulis justru menjadi antipati. Mengapa? Sebab ini menunjukkan bahwa Thunberg (despite her brilliant intellect) sudah lupa akan sejarah. Apakah Beliau tidak mengetahui bahwa negara-negara komunis dengan ekonomi terpusat justru mengalami kerusakan lingkungan yang sangat parah? Kalau negara-negara dengan ekonomi terbebas justru memiliki kualitas lingkungan yang paling bagus? Sungguh mengecewakan.

Belum lagi kehadiran Beliau pada World Economic Forum (WEF) 2020 di Davos. Kali ini, Thunberg meminta pemimpin bisnis dan pemerintahan besar di dunia untuk segera mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil (ecowatch.com, 2020).

Penulis sendiri setuju dengan pernyataan ini. Akan tetapi, ada kesan bahwa Thunberg ingin agar pemerintah memilih pemenang dalam persaingan energi. Sebuah venture yang berbahaya bagi kapitalisme pasar bebas.

Inilah yang tidak bisa diterima kebanyakan kalangan konservatif seperti penulis. Orang-orang yang peduli lingkungan, konservasionis konservatif yang ingin menyelamatkan lingkungan dengan aksi nyata.

Munculnya aksi dan retorika seperti ini memberikan kesan bahwa if you're against her movement or not joining her bandwagon, you're the enemy of our environment. Selain itu, posisi politik Beliau juga memberikan impresi bahwa gerakannya bernada pesimis, scare-mongering, dan anti-kapitalisme pasar bebas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline