Lihat ke Halaman Asli

Rionanda Dhamma Putra

Ingin tahu banyak hal.

Bangkitnya Didi Kempot Patahkan Argumen Anti-Globalisasi

Diperbarui: 7 Agustus 2019   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.hitekno.com/

Belakangan ini, sebuah fenomena revival/kebangkitan kembali sedang menerpa dunia hiburan. Kebangkitan itu dialami oleh seorang penyanyi Jawa. Sebenarnya, beliau sudah berkiprah sejak tahun 1989. Namun, di tahun 2019, fenomena galau di antara millennials membuat nama beliau kembali mencuat ke permukaan.

Penulis sendiri akrab dengan lagu-lagunya. Sejak kecil, Ayah penulis sering menyetel lagu Sewu Kuto, Stasiun Balapan, Tanjung Mas Ninggal Janji, dan berbagai lagu campursari lainnya.

Meski tidak mengerti Bahasa Jawa, penulis bisa merasakan kegetiran hati yang luka dari suara beliau. Ditambah dengan irama yang asik dijogeti menjadikan lagu-lagunya unik. Pantas saja millennials menggandrunginya.

Bapak Patah Hati Nasional. The Godfather of Broken Heart. Lord Didi. Itulah gelar dari para millennials yang mengidolakan seorang Didi Kempot.

Musisi kelahiran Solo ini menemukan audiens baru di tahun 2019. Banyak lagu-lagunya yang bertema patah hati berhasil menghipnotis para millennials. Sampai-sampai mereka berhimpun dalam perkumpulan Sad Bois, Sad Girls, Sobat Ambyar, dan lain sebagainya.

Lantas, bagaimana fandom ini terjadi? Bangkitnya Didi Kempot sendiri berawal dari media sosial. Khususnya Twitter dan YouTube.

Awalnya, Didi Kempot menjadi trending topic di Twitter berkat sebuah postingan video konser Beliau di Surakarta. Di sinilah awal julukan The Godfather of Broken Heart. Ternyata, trending topic tersebut menarik perhatian content creator bernama Gofar Hilman.

YouTuber ini pun mengadakan acara Ngobam (Ngobrol Bareng Musisi) offair pertama di Wedangan Gulo Klopo, Kartasura, Jawa Tengah.

"Pas pertama, kayak ya udahlah yang dateng mungkin 50, 100. Tapi ternyata yang dateng itu 1.500," tandas Gofar di Rosi. Lebih gilanya lagi, konten ini sudah ditonton 2,6 juta orang di YouTube. Maka, the rest is history.

Didi Kempot yang adalah seorang seniman tradisional, meledak karena media sosial Twitter dan YouTube. Fenomena ini pasti mengagetkan kelompok anti-globalisasi. Buat mereka, hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Mengapa? Sebab media sosial dipandang sebagai agen globalisasi yang menghancurkan budaya asli bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline