Lihat ke Halaman Asli

Rionanda Dhamma Putra

Ingin tahu banyak hal.

Melakukan Prudent Investing, Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

Diperbarui: 10 Juli 2019   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.consumerreports.org

Apa yang muncul dalam benak ketika mendengar kata 'investasi'? Ada yang mengatakan investasi itu sulit. Investasi itu perlu modal besar untuk cuan. Investasi itu beresiko. Bahkan, ada yang berkata investasi hanya untuk orang-orang 'pintar' semata. Inilah stigma yang masih sering kita hadapi di Indonesia. Padahal, investasi yang sebenarnya tidak seperti itu. Terutama di pasar modal.

"We don't have to be smarter than the rest. We have to be more disciplined than the rest," tandas Warren Buffett. Pernyataan The Oracle of Omaha ini adalah prinsip investasi yang sebenarnya. Kita hanya perlu memiliki disiplin yang tinggi untuk sukses berinvestasi. Investasi yang berdasarkan etos disiplin inilah yang penulis sebut Prudent Investing.

Apa yang dimaksud dengan etos disiplin? Artinya, investor melaksanakan investasi secara bertanggung jawab dengan visi jangka panjang. Ia memilih instrumen investasi dengan pertumbuhan yang bagus serta bernilai rasional; Wonderful investment at a fair price. Setelah itu, investor perlu memperbesar porsi investasinya secara konsisten. Bagaimana caranya?

Disinilah Dollar Cost Averaging (DCA) harus dilakukan. DCA adalah strategi investasi di mana investor menanamkan dana dalam interval yang konsisten, biasanya setiap bulan (Investopedia.com, 2019). Strategi ini menekankan bahwa seperti apapun pergerakan harga instrumen, investor harus terus membelinya. Mengapa? Semua instrumen investasi yang bagus pasti mengalami capital gain dalam jangka panjang.

Dengan DCA, capital gain menjadi semakin tinggi dengan compound interest. Konsep bunga berbunga membuat tingkat pengembalian investasi seperti bola salju. Semakin lama dan konsisten ia bergulir, semakin besar pula tingkat pengembaliannya. Berikut adalah ilustrasi dari kekuatan bunga berbunga dibandingkan bunga biasa dalam strategi lump-sum.

Sumber: thecalculatorsite.com

Tidak heran Einstein menyebutnya sebagai keajaiban dunia kedelapan. Tetapi, keajaiban ini tidak berlaku dalam investasi jangka pendek. Investor harus konsisten melakukan DCA dalam jangka panjang. Sehingga, 5-10 tahun adalah waktu paling cepat investor melepas investasinya. Namun kalau bisa, ikuti nasihat Warren Buffett, "Our favorite holding period is forever." Investasi kita pasti berbuah manis.

Penulis sendiri sudah menerapkan Prudent Investing dengan instrumen reksadana. Batas minimum investasi yang rendah memungkinkan penulis untuk melakukan DCA setiap bulannya. Tetapi, penulis baru memulainya pada September 2018, sekitar 10 bulan yang lalu. Sehingga, tanaman investasi penulis masih kecambah kecil yang belum tumbuh besar. Bunga berbunga juga belum menunjukkan keajaibannya.

Tetapi, penulis berani menyatakan satu hal. Prudent Investing yang penulis lakukan sangat menyokong stabilitas sistem keuangan dengan tiga cara. Pertama, memperkuat basis investor domestik di pasar modal. Kedua, mendorong kinerja Bank Kustodian sebagai unit usaha. Ketiga, memberikan modal kepada sektor perbankan melalui kepemilikan saham perbankan secara tidak langsung.

Mari kita mulai dari cara pertama. Stabilitas sistem keuangan dengan pasar modal berjalan seiring. Ketika pasar modal stabil, sistem keuangan juga stabil, dan begitu sebaliknya. Salah satu penentu stabilitas pasar modal adalah jumlah investor domestik di dalamnya. Pada umumnya, mereka tidak spekulatif dan berorientasi jangka panjang. Tidak seperti investor asing.

Sehingga, investor domestik yang bertambah banyak mendorong stabilitas pasar modal. Reksadana membantu penambahan investor domestik tersebut. Pada tahun 2018 sendiri, reksadana berkontribusi dalam penambahan 450 ribu investor domestik di pasar modal Indonesia (Puspaningtyas dalam republika.co.id, 2019). Akhirnya, penambahan ini memperkuat stabilitas sistem keuangan kita.

Sementara, kedua cara yang lain berhubungan dengan kinerja unit usaha perbankan. Semakin kuat kinerjanya, semakin kuat juga stabilitas sistem keuangan kita. Kinerja ini ditentukan oleh tingkat laba bersih dan kekuatan permodalan dari sektor perbankan. Keberadaan reksadana sebagai instrumen investasi mendorong kedua faktor tersebut. Bagaimana caranya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline