Pada 13 Oktober 1925, seorang anak perempuan lahir di Grantham, Lincolnshire, Britania Raya. Ia lahir dari pasangan Alfred Roberts, seorang pedagang kelontong dan Beatrice Elle Stephenson, seorang tukang jahit sekaligus ibu rumah tangga. Pada hari itu, kedua orangtuanya menamakan bayi itu Margaret Hilda Roberts.
Mungkin pembaca masih asing dengan nama Margaret Hilda Roberts. Namun, bagaimana dengan nama Margaret Thatcher? Pembaca pasti sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut.
Margaret Hilda Thatcher (nee Roberts) adalah Perdana Menteri Inggris ke 49, yang memerintah selama 11 tahun 6 bulan dari 4 Mei 1979 -- 28 November 1990. Beliau adalah seorang pemimpin yang kuat dan membawa berbagai perubahan mendasar bagi negaranya. Begitu mendasar, bahkan pemikiran di balik reformasi tersebut diabadikan menjadi sebuah ideologi bernama Thatcherisme.
Apa itu Thatcherisme? Thatcherisme adalah kebijakan, filsafat politik, dan gaya kepemimpinan dari Perdana Menteri Inggris, Margaret Hilda Thatcher, yang memiliki karakteristik berupa monetarisme, privatisasi, dan reformasi serikat buruh (dictionary.com, 2018). Istilah ini masih jarang kita dengar pada jagat perpolitikan di Indonesia. Mengapa demikian? Untuk menjelaskannya, mari kita kaji lebih lanjut ideologi ini.
Sebagai sebuah ideologi, Thatcherisme diklasifikasikan sebagai cabang dari Konservatisme (karena Margaret Thatcher adalah Perdana Menteri dari Partai Konservatif) dan Neoliberalisme. Dalam pandangan ekonomi, ideologi ini dipengaruhi oleh monetarisme dan teori sisi penawaran atau supply-side economics (Prace, 1998:9).
Monetarisme adalah sebuah teori ekonomi yang menyatakan bahwa jumlah uang yang beredar (money supply) adalah elemen terpenting yang menentukan pertumbuhan ekonomi (Thebalance.com, 2018). Teori ini dicetuskan oleh Milton Friedman, seorang ekonom dari Chicago School of Economics. Sehingga, teori ekonomi ini menyatakan bahwa menurunkan inflasi lebih penting dibandingkan menurunkan pengangguran.
Teori sisi penawaran adalah sebuah teori ekonomi yang berfokus pada mempengaruhi penawaran tenaga kerja, barang, dan jasa dengan pemotongan pajak serta bantuan pemerintah, dalam rangka memberikan insentif untuk bekerja dan terlibat dalam kegiatan produksi (Britannica.com, 2018).
Teori ini diciptakan oleh seorang ekonom Amerika Serikat bernama Arthur Laffer. Pada tahun 1980an, teori ini diterapkan di Amerika Serikat di bawah kepresidenan Ronald Reagan, yang menjadikan Laffer sebagai anggota Badan Penasihat Ekonomi Presiden. Penerapan teori ini begitu penting dalam bangkitnya perekonomian Amerika Serikat pada tahun 1980an.
Namun, dalam pandangan sosial, ideologi ini mengambil pandangan konservatisme tradisional (traditional conservatism) yang menekankan pentingnya keluarga dan nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat. Ideologi ini bertujuan untuk memperbaharui nilai-nilai keluarga dan mengubah sikap masyarakat atas pentingnya pekerjaan dan berwirausaha (Prace, 1998:9).
Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan berbagai upaya dalam rangka memberikan insentif untuk bekerja (giving incentive to work) dengan mengurangi peran pemerintah dalam perekonomian (Prace, 1998:9). Mulai dengan deregulasi, debirokratisasi, pemotongan pajak, hingga memberikan batas minimum pendapatan bagi UKM melalui Enterprise Allowance Scheme.
Tetapi, penjelasan di atas belum bisa menjawab pertanyaan terpenting untuk mengetahui bagaimana Thatcherisme mengubah pandangan hidup penulis; Bagaimana struktur ideologi Thatcherisme?