Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Motor dan Tas Abah

Diperbarui: 19 Desember 2024   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aku dan motor abah (dokpri) 

Di antara sekian hal, ada dua yang selalu teringat dari abah.  Pertama adalah sepeda motor yang juga beberapa kali aku ceritakan di tulisan sebelumnya, yang kedua adalah tas cangklong atau sling bag yang nyaris tak lepas dari bahu abah kemanapun pergi.

Seumur hidupnya abah cuma punya dua sepeda motor.  Yang pertama adalah Yamaha L2 berwarna biru.  Abah pernah bercerita bahwa saat beli motor itu beliau masih belum bisa mengendarai motor sama sekali.  Jadi langsung belajar pelan-pelan di lapangan sebelum dibawa pulang.

L2 biru tahun 70-an itu yang dulu berjasa menemani abah bekerja atau membawa aku dan ading jalan-jalan sesekali.  Sepeda motor itu akhirnya dijual abah dan digantikan dengan Suzuki TRS berwarna hitam saat mengajar di SMP 13.  TRS yang juga tak berusia lama kepemilikannya karena dibeli oleh paman.

Setelah beberapa lama entah bagaimana ceritanya abah membeli kembali motor biru pertamanya itu, masih nyaman saat dipakai, walau akhirnya tanpa sepengetahuan siapapun kembali abah jual.  Hal yang aku sesali karena tak bisa mempertahankan motor lejen tersebut.

Hal kedua yang selalu mengingatkanku pada abah adalah tas yang selalu dibawa kemanapun pergi. Tas yang berisi berbagai peralatan yang biasa digunakan untuk memperbaiki peralatan  rusak khususnya elektronik.  Isinya biasanya adalah beragam obeng, solder beserta timahnya, AVO meter dan bermacam printilan lainnya.

Adalah keterbiasaan melihat abah khusuk di samping benda yang diperbaikinya, dihiasi asap solder dan tas yang selalu setia di sampingnya.

Rasanya kurang lebih dua tahun yang lalu, tas itu akhirnya nyaris tak bergerak dan dipergunakan lagi.  Itu karena Parkinson abah yang semakin parah menghalanginya untuk menggunakan peralatan kesayangannya dengan baik.  Tak tega rasanya saat terakhir melihat tangan abah bergetar saat berusaha menggerakkan obengnya.

Entah beberapa kali ganti tas yang bentuknya seperti itu-itu saja, walapun isinya relatif tetaplah sama.  Tas terakhir abah yang sudah tak digunakan lagi akhirnya aku minta dan simpan, beberapan isinya pun kadang masih aku gunakan.  

Selain isi tas itu, ada beberapa peralatan kerja abah yang akhirnya berdebu dan tak terpakai.  Anak-anaknya tak ada yang tertarik dengan peralatan beliau.  Sampai akhirnya beberapa sisa-sisa peralatan yang masih bisa dipergunakan pun akhirnya aku amankan juga.

Walaupun aku sampai sekarang tak juga memahami dan menggunakan semua peralatan yang ada, semuanya selalu mengingatkanku saat bertanya ukuran tahanan resistor yang dihapal abah di luar kepala.  Atau saat terakhir abah mengomentari perihal perangkat audio yang aku miliki.

Terkait tas dan peralatan reparasi abah, sampai sekarang pun tak ada yang aku percayai untuk memperbaiki peralatan elektronik selain abah.  Apalagi sedari dulu tak pernah memasang tarif tinggi untuk jasanya, lebih-lebih saat memperbaiki semisal radio atau televisi orang kampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline