Lihat ke Halaman Asli

R. Syarani

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Menerapkan Falsafah Alon-Alon Waton Kelakon dalam Latihan Lari

Diperbarui: 6 Juni 2024   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lari santai yag penting sampai (dokpri) 

Setelah dua hari badan tak nyaman, akhirnya bisa olahraga lagi tadi sore. Kembali mencoba lari dengan metode MAF lagi. Belajar pelan-pelan dan bersabar lagi.

Rupanya falsafah  alon-alon waton kelakon benar-benar terasa maknanya.  Berlari pelan-pelan, namun stabil, sembari terus memonitor detak jantung (heart rate/HR) sepanjang lari.  Untuk itu memang adanya jam pintar diperlukan, tapi itu juga tak masalah karena beberapa smart watch dengan teknologi monitor HR sekarang cukup terjangkau, kok.

Sekali ini langkah benar-benar dijaga, agar tak memicu HR di bawah ambang batas yang disarankan.  Kali ini juga sangat terasa kalau napas terasa lebih nyaman, rasa pegal di kaki juga jauh berkurang.  Karena itulah jadi memutuskan untuk berlari agak jauh dari beberapa hari yang lalu.  Mencoba terus berlari sampai sejauh 5 kilometer, walau kecepatan rata-rata jauh lebih lambat di kisaran pace 10-an lebih.

Tangkapan layar di akun strava (dokpri)

Tapi tak mengapa, justru berlari dengan nyaman seperti inilah yang saya inginkan sejak lama.  Untunglah akhirnya tahu ilmunya.  Walau memang kudu lebih bersabar dan menekan keinginan untuk sedikit menambah kecepatan. Pelan-pelan sajalah, yang penting sampai dengan selamat dan sehat.

Ohiya, hasil rekaman detak jantung selama berlari juga dikoneksikan dengan aplikasi di handphone.  Ini penting juga sebagai evaluasi dan analisis kestabilan selama berolahraga.  Kadang memotivasi juga biar bisa lebih stabil lagi dalam bergerak, baik dalam hal kecepatan, maupun stabilisasi detak jantung.

Catatan HR selama berlari (dokpri) 

Menariknya, selama berlari tadi sore saya lebih sering melihat pergerakan angka HR di jam pintar daripada melihat kecepatan, hanya sesekali saja melihat seberapa jauh jarak tempuh.  Apabila detak jantung terlihat naik beberapa angka, maka berusaha menurunkan kecepatan berlari (yang sebenarnya tak begitu cepat juga hehe).

Begitu terus sepanjang jalan.  Ternyata benar-benar efektif mengontrol napas.  Tentu saja akibatnya tak ada lagi terasa ngos-ngosan dan eungap yang biasa terasa setelah berlari cukup lama.

Mungkin hal yang patut diperhatikan juga adalah sepatu yang cukup nyaman untuk berlari, karena tentunya tak ada yang mau mengalami cideradi saat berolahraga.  Bagaimanapun sepasang kaki yang bergerak simultan dalam waktu puluhan menit, mau tak mau harus ditopang alas kaki yang mendukung kenyamanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline