Kata gelato berasal dari bahasa Italia yang artinya beku. Walaupun sebelas dua belas dengan es krim pada umumnya konon gelato memiliki kandungan lemak yang lebih rendah.
Saya lupa persisnya kapan berkenalan dengan gelato ini di Jogja, namun pertama kali mencobanya adalah di gerai Tempo Gelato Prawirotaman. Sekarang ada dua gerai lagi, di Taman Siswa dan di Jalan Kaliurang, tempat terakhir tempat saya mampir.
Kenapa suka menikmati gelato di situ, selain harganya yang relatif terjangkau juga varian rasanya banyak. Menariknya gelato di situ tanpa bahan pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Alami dan segar.
Favorit saja sejak dulu adalah gelato rasa kemangi. Ya benar, daun kemangi yang biasanya menjadi tambahan pada pecel lele, makanan favorit saya.
Padahal dulu saya tak suka dengan aroma dan rasa daun kemangi, rasanya aneh di lidah dan penciuman saya. Baru sekitar satu dekade terakhir rasanya, menyenangi daun pelengkap ikan goreng itu. Ujug-ujug malah ada dalam bentuk es krim.
Entah ide siapa yang bikin gelato rasa kemangi tersebut. Nyatanya rasa daun kemangi cukup kuat, namun juga diimbangi dengan rasa manis es krim yang tak berlebihan. Jadinya perpaduan rasa sejuk, segar, nikmat sekaligus unik.
Dikarenakan satu porsi kecil boleh memilih dua rasa yang berbeda, rasa kemangi sering saya padukan dengan rasa lain semacam tutti frutti atau salt caramel. Pada dasarnya sih rasa apapun enak semua.
Namun tetap saja, tak lengkap kalau ke Jogja tak mampir dan menikmati semangkuk gelato kemangi. Kalian pernah mencobanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H