Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Toleransi di Kota Kecil

Diperbarui: 31 Maret 2024   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : tangkapan layar dari maps.google.com

Masalah toleransi di dalam agama Islam telah tercermin sebagaimana dalam surah Al Kafirun, kesimpulan utamanya ada pada ayat ke enam yang berbunyi:

(lakum dnukum wa liya dn)

yang artinya adalah "untukmu agamamu, dan untukku agamaku."

Muslim menghargai keyakinan orang lain, masing-masing dipersilakan menyembah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, tanpa saling mengganggu.  Ajaran yang seharusnya membuat umat beragama merasa tenang dan damai karena adanya saling menghormati.

Contoh nyata adalah di Banjarbaru, kota kecil yang sekarang menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.  Toleransi antar umat beragama telah tercipta sejak dulu.  Semoga saja terus begitu, tetap adem sampai kapan pun.

Hal tersebut mungkin karena Banjarbaru sebenarnya adalah kota yang penduduknya sangat heterogen, baik dari asal suku maupun agama.  Didominasi suku Banjar yang mayoritas beragama Islam, ditambah adanya suku Jawa, Sunda, Madura, Batak, Dayak, Bugis dan suku lainnya yang mempunyai keyakinan beragam.

Berdasarkan data statistik  Kota Banjarbaru tahun 2024, persentasi penduduk berdasarkan agama yang dianut yakni memeluk Islam sebesar 95,69%, kemudian Kristen Protestan sebanyak 3,11% dan Katolik sebanyak 0,96%. Penduduk yang beragama Hindu 0,14% dan Buddha sebanyak 0,09%.

Kemudian jumlah rumah ibadah yang ada di Banjarbaru sampai sekarang terdapat 123 masjid, 255 mushala, 8 gereja Protestan, 2 gereja Katolik, dan 1 pura.

Beragamnya suku dan keyakinan di kota kecil ini tak pernah menyebabkan adanya gesekan terkait suku, ras dan agama.  Semuanya hidup berdampingan.  Sepertinya kunci dari keberhasilan toleransi adalah kembali ke esensi toleransi itu sendiri, yaitu saling menghormati dan tidak saling ganggu yang tak perlu.

Sepertinya semakin beragam penduduk suatu daerah, harusnya semakin tinggi pula tingkat toleransinya.  Masyarakat juga tentu ingin kedamaian selalu bisa tercipta sepanjang masa.  Tak ada yang ingin rusuh hanya gara-gara beda keyakinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline