Jangankan perkara komika yang katanya menggunakan donasi secara tak seharusnya. Masalah pengemis di jalan pun sering jadi omongan. Bagi sebagian orang, adalah wajar mangkel karena sesuatu yang diberikan, ternyata dipakai tak sesuai harapan.
Bagiku, tak perlu merasa tertipu apalagi merasa kesal, saat orang yang diberi ternyata menggunakan pemberian tak sesuai harapan dan bayangan. Itulah intinya ikhlas, yang penting niat awal baik dan sudah terwujudkan. Masalah nanti apa-apa yang diberikan ternyata digunakan untuk hal-hal diluar dugaan, itu biar tanggungjawab yang menerima.
Urusan orang yang memberi sudah selesai saat memutuskan untuk menyumbangkan sebagian yang dimilikinya untuk orang lain. Kewajiban sudah tunai. Selesai. Tak perlu lagi mengungkit-ungkit kelanjutan penyaluran atau penggunaannya nanti bagaimana.
Kalaupun ingin memastikan agar pemberian tepat sasaran, lebih baik diberikan langsung pada yang bersangkutan, atau serahkan pada lembaga yang dianggap terpercaya. Tapi sekali lagi, urusan memberi selesai sampai disitu.
Memberi sesuatu, berderma, sedekah atau apapun istilahnya, adalah ujian keikhlasan. Merelakan sebagian apa yang dimiliki untuk diberikan kepada orang lain. Memberikan apa yang sebenarnya memang hak orang lain. Setelah apa yang diberi berpindah tangan, sudah tutup mata saja.
Tak perlu mengungkit-ungkit lagi, atau meminta kembali dengan alasan tak sesuai peruntukkan. Biar saja itu urusan dan tanggungjawab moral yang bersangkutan, apabila ternyata tak sesuai kenyataan.
Di sisi lain, seringkali aku merasa heran jika ada orang yang kadang iri dengan pengemis. Katanya hidupnya sebenarnya bagus, punya harta benda bla bla bla. Heran pula dengan pemerintah kota yang sibuk melarang orang memberi peminta-minta. Makin heran pula ada yang sampai penasaran kehidupan pengemis itu aslinya macam gimana.
Memberi sekali lagi adalah persoalan keikhlasan. Kalau hati lapang, ya kasih saja semampunya. Kalau merasa tak ikhlas ya sudah tak usah memberi saja, habis perkara.
Momen memberi sesuatu pada orang lain, beda soal dengan memberikan hutang yang memang kudu ditagih saat macet saat jatuh tempo dan tak sesuai janji.
Satu hal yang patut diingat, memberi selalu derajatnya lebih tinggi daripada meminta. Jadi, memberi saja, tak usah lagi memperpanjang perkara. Tak pernah ada kata rugi untuk memberi. Sesederhana itu, kok.