Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Malu Bertanya Sesat Memilih

Diperbarui: 14 Februari 2024   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: mojok.co

Beberapa minggu sebelum pemilihan dimulai.  Jalanan ramai oleh poster-poster di mana-mana.  Termasuk di sekitar jembatan menuju rumah.  Ada satu poster peserta pemilihan anggota legislatif yang menarik perhatian.  Wajahnya rasanya familiar.  Setelah diingat-ingat itu adalah wajah isteri seorang teman baik.

Beberapa minggu itu pula, tak juga ada kesempatan untuk mengkonfirmasi langsung dengan teman baik tersebut.  Terkait pencalonan isterinya di partai yang cukup kuat.  Walau tampaknya nomor urutnya sepertinya bakal berada di bagian dasar surat suara.

Beberapa minggu selalu melihat poster dengan senyum plus lesung pipit di pipi itu rupanya pelan-pelan berhasil juga menetapkan keinginan untuk memilih.  Lebih-lebih teringat akan kebaikan teman saya itu selama ini.  Baik tanpa pamrih.  Rasanya tak ada salahnya membalas budi.  Walau berupa coblosan di bilik suara.

Beberapa minggu penantian pun usai.  Tadi pagi memenuhi undangan memilih di TPS terdekat.  Jam 10 pagi tepat.  Menyempatkan diri melihat-lihat visi misi calon presiden dan wakil presiden.  Melihat-lihat calon anggota dewan dan DPD.  Tak lupa memastikan posisi dan nomor urut calon anggota dewan yang disinyalir isteri kawan baik.

Beberapa menit setelah melakukan coblosan.  Memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada seorang kawan.  Memberitakan bahwa baru saja menyumbangkan suara untuk isterinya.  Kejutan ceritanya.

Beberapa jenak kemudian ada balasan.  Kawanku bingung.  Katanya isterinya tak mencalonkan diri sebagai apapun pada pemilu kali ini. Saya putuskan untuk telepon langsung.  Hasilnya adalah ketawa yang lama.  Kawanku tergelak mentertawakan kelakuanku, yang memilih seseorang hanya berdasarkan foto yang ternyata cuma mirip dengan isterinya.  Kemudian kok ya bisa-bisanya melakukan coblosan tanpa konfirmasi sama sekali dengan yang bersangkutan.

Beberapa saat kemudian baru saya teringat sesuatu,  bahwa rasanya gelar peserta pemilu di poster dekat jembatan itu berbeda jauh dengan pendidikan isteri teman saya yang juga rasanya tak punya lesung pipit di pipi sebelah kanan.  

Beberapa detik kemudian.  Kembali mentertawakan diri sendiri sembali mengernyitkan jidat sambil mikir "lalu yang beruntung dipilih barusan itu, siapa?"

**

artikel sumber gambar : mojok.co

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline