Walaupun sudah ada beberapa sepeda parkir di rumah, tapi nyatanya godaan untuk menambah deretan parkiran di rumah akhirnya tak terbendung juga. Kebetulan saya lagi suka dengan sepeda yang simpel dan cuma mengandalkan satu gear di bagian belakang. Hasil perbandingan sana-sini akhirnya memutuskan untuk membeli sepeda lama produksi Polygon yaitu Zenith FX.
Frame lawas namun terkenal ringan dan stabil dari produsen tubing Colombus yang berbahan Nivacrom salah satu pertimbangan utama, selain bentuk crank yang unik dari FSA hasil desain F. Gimondi, kepanjangan dari Felice Gimondi, pesepeda terkenal dari Italia.
Kebetulan ada yang menjual sepeda yang saya inginkan tersebut di sosial media, kebetulan pula lokasi sang penjual dekat dengan kampus tempat saya mengajar, akhirnya tanpa perlu tawar menawar karena harga yang ditawarkan juga sangat sesuai dengan keinginan, sepeda pun saya bawa pulang.
Kondisi sepeda single gear yang saya beli itu masih sangat bagus, semua part yang terpasang masih bagus dan asli sesuai bawaan pabrik, tapi tentu saja perlu penyesuaian dan ada beberapa bagian yang diganti agar performanya makin bagus di jalan dan dipakai untuk jarak yang cukup jauh, walaupun sebenarnya dipakai seadanya pun sudah cukup.
Akhirnya setelah diseting ulang, dilakukan juga pergantian pada beberapa suku cadang: bottom bracket, rantai, ban 700 x 25c dan tentu saja sadel diganti dengan sadel kulit kepunyaan saya yang sudah dipunyai dan break in sejak lama. Prinsip saya sepeda yang dipakai harus nyaman maksimal agar menyenangkan dipakai di jalanan, sejauh apapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Jadi seting dan kondisi spare part wajib diperhatikan.
Tak lama setelah urusan seting sepeda usai, ternyata ada event sepedaan rutin yang kembali digelar tahun ini: Tour de Loksado, acara bersepeda yang seharusnya menggunakan road bike, karena rute yang cukup jauh sekitar 150 km dan elevasi yang cukup lumayan di awal start dan menjelang finish.
Tanpa pikir panjang memutuskan untuk mengikuti acara tersebut dan berniat mengikutinya dengan sepeda satu gigi tersebut. Cukup susah payah mengimbangi kecepatan para pesepeda balap yang memacu sepedanya di atas 25 km/jam, walau akhirnya bisa tetap bisa bertahan di dalam rombongan. Sampai akhirnya menyerah di km 117 karena paha yang kram, kemungkinan over cadence mengejar rombongan selain celana padding yang karetnya kurang bagus dan terlalu mengikat di bagian paha.