Gerimis sepertinya tak ingin berlama-lama hadir, digantikan cepat oleh bulir air yang semakin besar dan rapat.
Seperti lupa bahwa beberapa menit sebelumnya hanya hawa panas yang terasa merajai kota kecil itu, kota kecil mereka.
Kota dimana mereka menyebutnya sebagai titik pulang, tempat kembali setelah berkelana ke banyak penjuru dan melumbar rindu sampai batas yang bisa ditahan oleh tubuh & hati lelah mereka.
"Kamu kapan pulang, lagi?"
Hanya satu kalimat itu yang bisa terlontar di sela-sela pelukan yang tak ingin lepas & tak mau dilepaskan, dan waktu tak bisa ditahan, akhirnya berhasil kembali memuaikan kata yang mereka benci: jarak.
Jarak yang berakar pada rindu, yang masih saja rajin dipelihara sampai berbuah perih berselaput keinginan untuk kembali mengucap janji bertemu.
"Kamu punya aku.." hanya kalimat itu yang akhirnya berhasil menenangkan perempuannya, yang perlahan-lahan kembali mengekalkan rindu yang membatu, yang ingin dipecahkan lagu, tak lama-lama, sambil berusaha merayu waktu, agar tak hirau akan sayap menunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H