.. all alone tonight I'm calling out your name
Somewhere deep inside, this part of you remains ..
-JH-
Tampaknya masih ada tersisa tetes-tetes sisa air hujan yang datang selintas di sore saat baru saja langit berubah jingga di barat, jalanan masih seperti cermin yang memantulkan kesibukan dan kegelisahan bahkan kegilaan manusia-manusia yang menggilasnya sepanjang hari, dan ada sepasang roda yang turut melintas pelan di keramaian, dengan pengendara yang kepala dan rongga dadanya penuh sesak dengan orang yang dirindukannya, orang yang selalu memberikan keyakinan bahwa dia baik-baik saja dan akan pulang secepatnya..
".. kamu dimana?"
Sebaris pesan singkat yang tak pernah berubah, yang tak pernah bosan-bosan dirinya kirimkan, saat bahkan baru beberapa menit ada jeda kabar yang terputus, seperti ditertawakan sandyakala dan rombongan Collocalia vestita yang bergegas beranjak pulang setelah berputar-putar menguasai langit, mungkin seperti mewakili rindu yang penuh, banyak dan menyebar di ruang udara terbuka-- sesak.
Seharusnya sore itu adalah bagian terindah pada sebuah hari yang sempurna: langit jingga, vestita yang riuh, udara dingin yang membasuh semesta, dan jalanan basah yang membentuk hamparan cermin yang panjang, tapi nyatanya tidak sesederhana itu. Bayangan sosok yang selalu lekat di sudut terdalam otaknya entah sedang dimana-- dan senyum tenang yang baru saja membebaskan kegelisahnnya terbit, saat ada sebaris balasan, lugas dan jelas..
".. pulang, ke kamu.."
Mungkin sepertinya, pertanyaan retoris terhadap rindu memang tak usah dilontarkan, karena jawabannya hanya akan berujung pada keinginan untuk kembali mengulang temu, yang pasti akan terwujud saat keinginan sudah tak terbendung, oleh apapun..
"Jangan pernah tanya kapan" katamu selalu " karena pulangku hanya ke kamu.."
..rindu akan menemukan jalannya sendiri, yakinmu padaku selalu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H