Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Yang Tertawan yang Kau Tertawakan

Diperbarui: 13 Juni 2023   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : perwara.com

Mungkin, hanyalah masa kembali tertarik ke saat beruas-ruas jalan yang lewati, ribuan kilometer panjang rel yang terlindas, atau jejak basah saat becak memutar balik di depan teras pasar yang basah.  Rambutmu lembab aku kira tapi tidak dengan dingin tangan yang terjulur malu-malu.

Atau saat dinihari yang sudah mulai riuh, tak sabar menyusuri subuh sesampai pintu yang gagangnya kau buka dengan riang, berderai derai rindu terbawa sampai ke jalan kecil di kota kecil yang hening seakan-akan kehidupan tak pernah putus seperti kisah ayunan dari besi yang tak pernah lepas dari memori masa kecil yang meluncur seerti derasnya sepeda yang kau paksa melesat ngebut sampai jatuh terjungkal ke dasar turunan aspal.

Terkadang butiran pasir masih terasa terbaurkan dengan helai arus laut yang menyusup di sela jemari kakimu, membentuk silhuet abadi yang tak habis-habis merajam hari-hari yang pada akhirnya hadir sesekali dalam mimpi untuk lalu kau tertawakan, padahal katamu telah pernah terbang ke atas pulau dengan mercusuar yang sesaat bisa terlupakan semua, tapi itu pun sesaat pula.

Aku tak pernah berani lagi bertanya padamu, biarlah saja ini abadi diam-diam di dasar lapisan bumi yang tak seorang pun akan tahu, selain aku, cuma aku.  Kau tenang-tenanglah saja di sana, walau kemanapun ingatan beredar akan tertarik lagi ke pusaran dengan sendirinya, waktu yang kitta takkan pernah tahu.  Seperti katamu sewaktu tergesa datang dan lalu pergi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline