Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Apa Bagusnya Film The Big 4?

Diperbarui: 20 Januari 2023   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : netflix.com

Menonton film ini karena beberapa waktu lalu sempat ramai di internet, katanya bagus.  Saya tengok sejenak katanya genrenya komedi. Sutradaranya ternyata juga cukup ternama, tapi saya belum kenal karya-karyanya.  Pemain-pemainnya yang nyangkut di pikiran saya cuma Abimana dan Arie Kriting. Sedangkan judul sendiri malah sama persis dengan judul salah satu novel karya Agatha Christie.

Maka tanpa ekspektasi apa-apa saya pun mencoba menontonnya, dan sudah dua kali jeda, ternyata film ini belum nyambung juga dengan alam pikiran saya.  Entah masuk genre komedi apaan ini film, nyatanya penuh tembak-tembakan dan perkelahian berdarah-darah yang dibikin senyata mungkin, hingga banyak 'darah' mengucur, muncrat, meleleh dan nyiprat kemana-mana dan dimana-mana.

Bagi saya ini bukannya komedi, jatuhnya malah horror.  Mungkin nyali saja belum kuat untuk menonton film semacam ini, bagi yang suka menganggap darah adalah hiburan mungkin ini adalah cocok.  Tapi ya tidak begitu juga, saya cukup menikmati kok film Jigsaw dan John Wick yang berdarah-darah dan terlihat sangat nyata.  Apa mungkin memang komedi absurd itu saja yang masih tak bisa saya pahami.

Sungguh, ini sudah dua kali jeda menontonnya.  Ungkapan kasar semacam mengumpat dengan nama binatang yang menggonggong, nama kotoran dengan lepas tanpa beban itu juga sangat mengganggu kuping, rasanya kasar tapi dipaksakan. Duh, mas Abimana juga kurang cocok berucap kotor semacam itu.

Alur ceritanya sendiri, nah saya sendiri kurang mengingatnya.  Intinya Abimana yang berperan sebagai Topan, dituduh membunuh ayah angkatnya yang sebenarnya juga pembunuh.  Kemudian menyepi ke sebuah penginapan di sebuah tempat, kemudian dikejar-kejar oleh gerombolan bersenjata lengkap dan berseragam layaknya tim khusus penyerbu.

Tak cuma senjata laras panjang dipertontonkan, ada belati, pistol, panah juga bazoka dipergunakan sebagai peralatan untuk perang-perangan yang entah kenapa juga memunculkan mobil eh apa namanya kendaraan beroda tiga yang biasa dipakai untuk mengangkut sampah itu.  Mungkin lucu bagi sebagian orang, tapi lagi-lagi susah untuk tertawa.

Mungkin bagi pencinta genre film komedi-laga absurd, akan terhibur menonton film ini.  Alur kisahnya sebenarnya cukup rapi, spesial efeknya cukup keren, pengambilan gambarnya bagus, cuma sayang saja lokasinya yang ceritanya di tengah hutan tapi aspalnya sangat halus dengan penanda garis putus-putus yang bagus itu cukup mengganggu.

Intinya untuk yang menikmati aksi tembak-tembakan berdarah-darah dengan unsur kelucuan yang tidak biasanya, sepertinya bakal terhibur dengan film ini.  Terkecuali saya, belum cukup menikmati film ini, entah nanti.  Kalau saya lanjutkan lagi setelah di pause di jeda kedua.  Soalnya penasaran juga dengan aksi mas Abimana dan mba Putri Marino.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline