Rumah sejatinya adalah rimba belantara, tempat bermacam makhluk berada, tapi tentu saja bedanya adalah bentuk benda yang berkebalikan dari isi hutan rimba yang dihuni oleh beragam makhluk hidup.
Tapi seperti juga penghuni rimba, mereka punya habitatnya tersendiri, ikan-ikan di air danau atau sungai, burung sebagian besar di atas pepohonan, kijang di lapangan yang luas dan lengkap dengan pemburunya yaitu hewan buas yang larinya super cepat, pun bermacamm hewan melata di tempat yang lembab dan beberapa fungus serta lumut di tempat yang minim cahaya matahari dan tentu saja tajuk yang hidup sesuai tempat ketinggian dan kelembabannya masing-masing.
Letak barang-barang di dalam rumah sejatinya pun diletakkan sesuai habitatnya masing-masing. Di bagian depan adalah tempatnya kendaraan bermotor di garasi atau teras rumah, atau terkadang di ruang tamu.
Kemudian di habitat tengah tempat hidupnya sofa dan rak buku yang kadang bersisian di ruang tamu. Tergantung posisi di rumah, tempat tidur sudah jelas posisinya di kamar, lengkap dengan lemari beserta isinya. Di bagian belakang adalah tempatnya baju-baju kotor haruslah dipendam di kotak cucian kotor atau masukan saja ke dalam ember. Tentu saja dapur yang memiliki habitat dan hawa panas yang memiliki posisi tersendiri.
Masalahnya adalah beberapa benda-benda kecil yang seringkali penempatannya acak, walaupun sejatinya seringkali sudah diberi tempat untuknya.
Misal saja telepon genggam yang posisinya sering random tergantung dimana terakhir kali pemakainya berada, kunci motor yang terkadang lupa digantungkan di kaitannya di dinding karena terburu-buru sakit perut sepulang kantor sehingga digeletakkan begitu saja di meja, atau kacamata yang diletakkan entah dimana sejak terakhir empunya menggunakannya.
Dalam kondisi begitulah seringkali baru terpikir untuk mencari benda-benda yang letaknya entah dimana, menjadi misteri bagi seluruh penghuni rumah untuk mencari benda yang seakan lenyap di hutan belantara, benda yangs eakan-akan berubah menjadi bunglon yang susah ditemukan dan menyamar di tempat-tempat yang tak terperi susah posisinya.
Sudah tentu yang ajaib adalah seringkali seorang ibu menjadi pahlawan dalam penjelajahan pencarian makhluk-makhluk hilang tersbut, matanya seakan-akan adalah radar yang bisa mengetahui posisi barang-barang yang terlupa posisinya, yang membuat seolah-olah penghuni rumah lainnya gagal menjaid detektif. Handphone, dompet, kunci, apapun itu bisa ditemukannya.
Tapi pengecualian untuk pagi ini, walau dibantu oleh anak-anak, benda bernama kacamata itu tak jua ditemukan, dan sang ibu tak bisa turut membantu karena buru-buru harus berangkat ke kantor, akhirnya sang bapak pasrah meninggalkan rumah tanpa kacamata.
Bapak itu, tentu saja aku. Nasib.