Dalam perjalanan menuju kantor menjelang siang tadi- perjalanan yang memang agak terlambat karena harus singgah di bengkel dulu akibat ada yang tidak beres- pikiran dipenuhi berbagai pikiran terkait hal-hal yang ditemui di sepanjang perjalanan.
Pertama adalah bertemu dengan seorang santri yang bersepeda menuju tempatnya belajar, dengan baju muslim dan sarung, kopiah terpasang di kepala sementara di punggungnya tersandang ransel yang kemungkinan isinya adalah kitab-kitab pelajaran. Memang sudah jamak di seputaran Martapura menemukan pemandangan seperti itu sekitar waktu pagi dan menjelang sore hari.
Bagian yang menarik adalah betapa anak muda itu tersenyum berseri-seri sambil mengayuh sepedanya, betapa menyejukkan pemandangan tersebut. Menyenangkan sekali melihat orang yang tersenyum lepas saat menuju tempatnya belajar. Rasanya iri sekali melihat semangat seperti itu. Tersenyum artinya lapang sekali hatinya saat menuju tempat belajar.
Coba seberapa banyak sekarang orang yang dengan senang hati menuju tempat belajar, padahal seluruh bentang alam di dunia ini adalah tempat belajar yang maha luas. Bagusnya ya semenjak bangun pagi sudah lapang hati menerima pelajaran apapun yang akan didapatkan sepanjang hari.
Kedua adalah saat ketemu seekor bingkarungan di tengah jalan yang ragu-ragu ingin menyeberang, terhenti dia di tengah aspal, sampai akhirnya seorang bapak-bapak yang mengendarai sepeda di depan saya meng-syuhh makhluk berwarna hijau itu hingga akhirnya berjinjit-jinjit pontang panting menyeberang lalu menelusup ke tengah semak di pinggir jalan.
Lucu juga melihat tingkah binatang yang berlakon layaknya manusia, labil saat menentukan langkah dan terhenti sejenak, tapi toh dia mengambil langkah yang tepat dengan berhati-hati tersebut. Nyatanya saat itu kendaraan bermotor memang sedang cukup ramai lalu lalang, untung tak sampai melindas reptil berwkulit hijau itu.
Pesepeda itu juga, punya empati yang luar biasa sampai sempat-sempatnya seakan-akan menyuruh binatang itu meneruskan perjalanan menyeberangnya dengan mengibaskan tangan kanannya.
Ajaibnya yang di syuh, juga seakan-akan mengerti. Komunikasi dua makhluk yang berinteraksi itu tanpa saling mengenal itu terlihat menyenangkan bagi saya. Komunikasi yang baik antar makhluk yang berbeda ternyata saling menguntungkan dan menyelamatkan, apalagi bagi sesama makhluk yang punya akal pikiran yang baik ya.
Ketiga adalah saat bertemu anak-anak yang bersepeda di kampung yang saya lewati, penuh semangat walau sepedanya kecil dan sederhana, dan cuma punya satu gigi tunggal tentu saja. Mereka sepertinya tak perduli merk dan setingan yang terpasang di sepedanya, yang penting terus mengayuh sambil bersenang-senang entah menuju kemana.
Pikiran anak-anak sepertinya memang selalu sederhana saja, memakai apa yang ada, menggunakannya semaksimal mungkin dan baru berhenti jika memang sepeda sudah tak bisa dikayuh lagi. Orang dewasa kebalikannya seringkali kebanyakan pikiran, semakin banyak hal dan benda pelengkap di sebuah sepeda, semakin rumit memikirkan supaya jalannya baik dan nyaman dikendarai.