Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Tidak Semua Hal Harus Dipahami

Diperbarui: 20 Desember 2022   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dari jv.wikipedia.org

Beberapa waktu yang lalu berkesempatan membaca proposal riset seorang kawan tentang kimia polimer, tepatnya penggunaan salah satu unsur mikro kayu sebagai unsur penghantar dan penyimpan arus listrik.  Walaupun pernah mempelajari tentang sifat fisika dan kimia serta struktur kayu, tapi sungguh hal yang ditelitinya tak pernah bisa terpikirkan oleh alam pikiran dan logika saya.

Mendengar komentar saya yang sungguh kagum sekaligus pusing dengan topik risetnya, kawan saya cuma tertawa sembari bilang bahwa tak semua hal harus dipahami.  Kalimat yang sungguh benar dan menohok adanya.

Terkadang keingintahuan manusia melebihi kemampuannya, segala hal ingin dipelajari dan dipahami, sementara kapasitas otak manusia berbeda-beda, daya serap terhadap suatu pengetahuan pun berbeda-beda, walaupun nantinya akan ada saatnya  mengetahui batas dan kemampuannya sendiri.

Saat muda belia sih, semua hal ingin dipelajari, dicoba, dikulik, diuji dan segala macam sampai terpuaskan keingintahuannya, tapi nanti semakin tahu akan keterbatasan diri sendiri serta tahu fokus ketertarikan akan suatu hal, perlahan-lahan nantinya juga akan sadar bahwa ada beberapa hal yang bisa dikuasai, dan banyak hal lainnya lebih baik ditinggalkan dan diserahkan kepada ahlinya saja.

Beda halnya dengan orang yang memang dilahirkan dengan kemampuan multi talenta, seperti seorang saya kenal: yang sudahlah seorang guru besar, punya kemampuan menggambar di atas rata-rata, ditambah kemampuan bermusiknya yang juga luar biasa dan tentu saja kemampuannya menguasai beberapa bahasa, selain itu punya kemampuan melucu yang luar biasa pula.  Itu beda hal.

Itulah yang membuat saya rasanya harus menghentikan kebiasaan saya yang punya daya kepo luar biasa terhadap suatu hal, sampai nantinya saat tertarik pasti berusaha mencari informasi dengan detil terhadap objek yang menurut saya menarik, sampai pada titik memutuskan ketertarikan itu perlu diteruskan atau saatnya dihentikan dan mengalihkan fokus pada hal lain.

Misal, bagaimana saya ingin mengetahui bagaimana seseorang bisa menulis satu artikel dengan views atau keterbacaan sampai ribuan, hal itu membuat penasaran, bagaimana cara menyusun kalimatnya, bagaimana struktur tulisannya, bagaimana caranya bisa dibaca banyak orang, bagaimana cara share dan memperoleh kata kunci yang tepat sehingga banyak yang tertarik serta berbagai tanya bagaimana lainnya.

Atau bagaimana seorang Andrea Hirata dan Dee Lestari bisa menulis novel dengan kalimat-kalimat yang memorable tapi tetap nyaman dibaca, bagaimana mereka bisa menyusun gagasan atas cerita dan struktur cerita sampai berhasil memikat pembacanya sampai-sampai diulang membaca berapa kali pun tetap berhasil mempesona batin dan pikiran.

Atau bagaimana seorang bubin Lantang yang bahkan sudah tak lagi menulis novel dan fiksi sekarang, karya-karyanya tetap saya kagumi sampai sekarang, bisa tetap tak tergoyahkan sebagai penulis fiksi nomor satu yang abadi dalam urutan penulis favorit saya.

Lambat laun, pertanyaan-pertanyaan itu tak lagi dikejar untuk dicari jawabannya, karena sesuai ucapan kawan saya itu, tak semua hal harus dipahami,  cukup sekarang lakukan apa yang disenangi, untuk kemudian menikmatinya sebisa mungkin, seperti halnya menulis apapun yang kita mau dan kita bisa, tanpa harus memikirkan lagi bagaimana bagusnya tulisan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline