Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Ucapan Pak Anies Baswedan Soal Batik yang Terpotong

Diperbarui: 17 Desember 2022   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumbre foto : inews.id

Pertama-tama, saya memang tak biasa menulis nama orang yang lebih tua tanpa ada embel-embel 'pak', dalam pikiran saya itu tidak sopan, apalagi yang disebut itu adalah orang yang jauh lebih pintar dan cerdas, nyatanya pernah jadi rektor dan menteri pendidikan, bahkan digadang-gadang jadi calon presiden negeri ini tahun depan.

Yang kedua, saya tak pernah atau paling tidak belum mengunggulkan beliau dalam tahapan capres, karena toh waktunya masih lama dan tentu saja karena berstatus sebagai pelayan publik, tidak boleh ada keberpihakan dalam hal politik, dalam bentuk apapun.

Bagian ketiga, ini adalah terkait perkataan beliau disebuah video yang disebarkan oleh akun twitter bernuansa ormas yang bernama @NUgarislucu hari Jumat kemarin, yang kemudian disampaikan tidak seutuhnya, jadinya seakan-akan pak Anies menyatakan bahwa batik itu adalah pelanggaran pakem yang dibenarkan menjadi identitas baru negara ini.  Itu adalah premis pertama yang seakan-akan menjadi pernyataan utuh beliau terkait batik yang pakem aslinya adalah dipakai sebagai sarung.

Premis kedua yang terkait dengan  pelanggaran pakem batik menjadi kebiasaan yang dihubungkan dengan inovasi dan terobosan universitas dalam sistem pendidikan, entah kapan persisnya pernyataan itu diucapkan beliau.  Nyatanya memang kalau sebuah pernyataan utuh dipotong di bagian yang tepat bisa menimbulkan kesalahan persepsi, apalagi bagi yang suka menonton potongan video dan membaca pernyataan tanpa melakukan cek dan recheck.  Lagi-lagi terkait literasi.

Entah apa niat akun twitter tersebut mengunggang cuitan yang cukup membuat heboh sehingga pa Anies harus mengklarifikasi dengan rekaman video selengkapnya.  Luar biasa sekali pengaruh sosial media jaman sekarang dalam mempengaruhi persepsi penggunanya.  

Pendaftaran dan penetapan calon presiden 2024 masih sekitar 10 bulan lagi, sementara pencoblosan masih setahun lebih, tapi riak-riak politik terkait hal tersebut sudah mulai ramai sejak ditetapkannya pak Anies menjadi capres.  Entah karena keberanian Partai Nasdem yang jauh-jauh hari sudah menetapkan pilihan, atau memang calon presiden yang lain masih menunggu matang dipersiapkan.

Apapun itu tentu saja terkadang menjadi menarik untuk diikuti, contohnya masalah analogi batik terhadap terobosan itu, namanya juga politik, selalu ada saja celah untuk digembar-gemborkan di media, baik itu untuk mendukung salah satu capres, atau malah usaha menjatuhkan citra calon yang diusung.

Sebagai penduduk netral, saya cuma bisa menunggu dan menonton tayangan politik yang terkadang lucu dan menggemaskan, seperti halnya munculnya istilah cebong kampret yang abadi selama nyaris satu dekade terakhir, entah istilah apa lagi nanti yang bakal diglorifikasi oleh para penggembira ajang pemilihan kepala negara di negeri ini.

Percayalah, soal ucapan tentang batik itu hanyalah sedikit potongan adegan, semacam trailer dalam sebuah film utuh, masih banyak lagi nanti menjelang proses pencalonan yang tak bakal lama lagi terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline