Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

TERVERIFIKASI

pesepeda. pembaca buku

Hujan di Kotamu

Diperbarui: 13 Desember 2022   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dari https://www.parapuan.co/

"Jam satu?"  Pesanmu tiba-tiba masuk. Aku membalas singkat "Iya"

"Otw.."  Balasanmu tak kalah singkat. Aku bisa membayangkan dirimu bergegas, dengan tas tangan berwarna beige, kulot yang biasanya kontras dengan kaos hitam lengan panjang dan syal yang membalut leher jenjangmu, biasanya begitu, dengan rambut yang sekilas dibiarkan seadanya tapi selalu berhasil membuatku kagum, bertahun-tahun.

Sebenarnya sudah satu jam aku di situ, di sudut sofa warna pink pupus, sebuah pusat perbelanjaan yang terbilang sepi, entah siapa yang punya ide membuatnya di antara komplek apartemen yang ada di sekelilingnya.

Intuisi lah yang membuat leherku berputar empat lima derajat ke arah barat, mereka-reka langkah kakimu yang delapan bulan tak pernah kudengar iramanya, satu-satu pendek dan satu panjang, terdengar ringan saat riang dan terdengar berat dan agak lama jika harimu sedang berat.  Tapi satu hal, sepatumu tak pernah bisa kutebak, entah kenapa.  

Siang ini riang yang terdengar oleh telingaku.

Benar, kan.  Senyummu sudah muncul di kejauhan, agak sedikit rikuh dan malu, dan hey.. tebakanku banyak benarnya, kulot, tas tangan, kaos hitam dan syal, dan high heel yang lama tak terlihat, membungkus kakimu kali ini.

Tanganmu terulur, menjemput kedua telapak tanganku yang menunggu.  Hangat.

"Sudah lama?"

"Baru saja, kok"

Kamu duduk di samping, bersisian, melirik sebentar lalu tersenyum..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline