Saat melihat-lihat kembali isi rak buku, baru tersadar kalau selama ini memliliki beberapa buku tentang petualangan seseorang, semua rata-rata dilakukan seorang diri.
Ada buku yang berkisah tetang seorang perempuan yang sendirian berkeliling dunia, ada kisah seorang bikepacker yang solo touring dari Inggris ke India, tentang seorang anak muda yang berkeras hati jalan kaki dari ujung barat Jawa ke Rinjani, petualangan seorang mahasiswa Al Azhar yang naik haji backpackeran, dan beberapa kisah perjalanan lainnya.
Cerita pertama dari deretan buku di atas, Kelana. Sepertinya menarik untuk diceritakan ulang di sini. Sungguh, saat membaca buku kisah perjalanan ini, petualangan yang pernah saya lakukan rasanya tidak ada apa-apanya.
Famega namanya, seorang perempuan yang melakukan perjalanan sendirian dari Indonesia ke sudut-sudut negara Eropa, Rusia, Eropa sampai benua Afrika. Masih kurang cukup tantangan rupanya, nyaris semua perjalanan dilakukan lewat jalur darat.
Fame, panggilannya, yang sehari-harinya adalah seorang jurnalis, sungguh berhasil mengejawantahkan filosofi
perjalanan sunyi seorang diri, walaupun di tengah jalan tentu saja bertemu dengan banyak manusia, tapi tetap saja sejatinya dia sendirian di jalan.
Perempuan yang konon sampai tahun 2018 saat bukunya diterbitkan sudah mengunjungi 33 negara, dalam bukunya dia menceritakan kisah perjalanannya seakan-akan sedang bercerita dengan seorang kawan lama.
Bagaimana menemukan berbagai masalah dan cara mengatasinya sepanjang perjalanan hingga bisa survive dan kembali pulang ke rumah dengan oleh-oleh segudang cerita.
Secara garis besar Kelana terbagi menjadi 5 bagian, yaitu perjalanan di Asia, Mongolia, Rusia, Eropa dan Afrika. Segala hal tentang tempat-tempat yang disinggahinya dan cara menempuh perjalanan untuk sampai kesana diceritakan dengan cukup detil
Secara garis besar, perjalanannya terangkum dalam kalimat yang teracantum di halaman belakang sampul bukunya: "... di dalam hutan Siberia, di desa kecil di Laos, di keramaian Barcelona, ketika saya ada kesulitan, selalu ada tangan terulur memberikan bantuan. Maka perjalanan ini adalah perjalanan merayakan perbedaan. Kita semua berbeda, tapi bersatu dalam kemanusiaan.."
Karena dasarnya Fame adalah seorang jurnalis, maka tentu saja jalinan kata di dalam bukunya menjadi sangat nyaman dibaca. Begitulah, buku ini menarik dibaca untuk tuntunan maupun untuk penguatan, jika seandainya suatu hari muncul niat untuk berkelana sendirian, tapi masih ragu untuk memulai perjalanan.